SEMARANG – Hasil-hasil inovasi perguruan tinggi saat ini patut dibanggakan. Seperti sepeda motor listrik “Gesit” yang segera akan diproduksi massal untuk masyarakat. Target pertama motor listrik akan diproduksi massal mulai 2019, sebanyak 60 ribu unit dalam satu tahun, untuk 1 line.
Nantinya akan ada 4 line, namun yang difungsikan baru 1 line. Jika 1 line tidak memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka akan ditambah line kedua. Sehingga, kapasias produksi bisa mencapai 5.000 unit motor listrik per bulan.
“Karya inovatif dari mahasiswa perguruan tinggi tidak kalah kualitas dan teknologinya dibandingkan dengan kendaraan motor pabrikan luar negeri yang sekarang beredar di jalan,” kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof. M Nasir usai Seminar Capaian 4 Tahun Kinerja Kemenristekdikti di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, Jumat (30/11/2018).
Dijelaskan bahwa, baterai motor, motor penggerak dan speedometernya, hasil karya mahasiswa dari beberapa PTN. Hal ini merupakan teknologi motor listrik pertama kali di dunia. Karena begitu motor berhenti, speedometer bisa dikeluarkan dan berfungsi sebagai smartphone.
“Undip saat ini juga saya dorong untuk mengembangkan tangan bionic yang pastinya akan sangat bermanfaat bagi difabel,” jelas Menteri.
Kemenristekdikti pun saat ini sedang giat-giatnya mendorong peningkatan kualitas perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS). Oleh karena itu, tuntutan penulisan karya ilmiah yang terpublikasi secara internasional menjadi wajib bagi dosen dan guru besar di PTN dan PTS.
Dorongan ini nampaknya mulai membuahkan hasil. Karena saat ini sudah ada beberapa PTS yang masuk dalam kelompok 50 perguruan tinggi yang sudah terpublikasi secara internasional.
“Ini harus kita dorong terus dan mulai sekarang akan saya hilangkan dikotomi PTN dan PTS. Karena yang membedakan sekarang adalah kualitas perguruan tinggi. Manakala perguruan tinggi tidak berkualitas, pasti akan ditinggalkan oleh masyarakat,” kata M Nasir.
Dihadapan 500 peserta seminar yang diikuti oleh rektor, dosen dan mahasiswa PTN dan PTS seluruh Jawa Tengah, M Nasir juga mengungkapkan bahwa, kementeriannya saat ini tengah melakukan kajian dan penataan ulang jumlah Satuan Kredit Semester (SKS). Dia mencontohkan, di luar negeri untuk menjadi seorang Undergraduate hanya butuh 120 SKS. Sedangkan di Indonesia sekarang ini mencapai 144 SKS.
Untuk Diploma, mereka hanya butuh 90 sampai 100 SKS. M Nasir juga menyebut, dengan baban SKS yang ada saat ini mahasiswa sangat terbebani.
“Hal ini akan membuat mata kuliah menjadi tidak fokus. Akibatnya daya saing rendah sehingga mereka kalah dalam berkompetisi,” tandasnya. (Siedoo)