JAKARTA – Dalam era revolusi industri 4.0, sistem pendidikan nasional dihadapkan pada tantangan yang amat kompleks tetapi menarik. Karena itu, PGRI sebagai organisasi profesi juga ditantang agar mampu menggerakkan guru, pendidik, dan tenaga kependidikan. Peranannya untuk memberikan andil tidak hanya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tetapi lebih dari itu harus merasa terpanggil untuk ikut melahirkan pemikiran transformatif dalam pengembangan kebijakan pemerintah.
“Termasuk pengelolaan program pembangunan di pusat dan di daerah, serta dalam melahirkan berbagai gagasan dan tindakan inovatif sesuai dengan tantangan Abad ke 21,” kata Ketua Umum Pengurus Besar (Ketum PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd dalam HUT ke-73 PGRI dan Hari Guru Nasional Tahun 2018 dilansir dari pgri.or.id.
Ditandaskan, dunia hari ini menghadapi fenomena disrupsi, seperti lahirnya digitalisasi sistem pendidikan melalui inovasi aplikasi teknologi seperti Massive Open Online Course (MOOC) dan Artificial intelligence. Yang pertama adalah inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, saling berbagi, terhubung atau berjejaring satu sama lain.
“Prinsip ini menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang menciptakan peluang bagi setiap orang untuk memanfaatkan teknologi secara produktif,” tandasnya.
Sedangkan yang kedua, adalah mesin kecerdasan buatan yang dirancang untuk melakukan pekerjaan spesifik untuk membantu tugas-tugas keseharian manusia. Di bidang pendidikan, artificial intelligence membantu pembelajaran secara individual, yang mampu melakukan pencarian informasi dan menyajikannya dengan cepat, akurat, dan interaktif.
“Inilah yang menandai revolusi industri 4.0 khususnya di bidang pendidikan,” tegasnya.
Ditambahkan, kedua contoh perkembangan di atas mengubah secara fundamental kegiatan belajar-mengajar. Ruang kelas mengalami evolusi kearah pola pembelajaran digital yang menciptakan pembelajaran lebih kreatif, partisipatif, beragam, dan menyeluruh. Guru memiliki peran penting dalam kontekstualisasi informasi serta bimbingan terhadap peserta didik dalam praktis diskusi daring.
Dijelaskan, guru sulit bersaing dengan mesin, yang jauh lebih cerdas, lebih cepat dan lebih efektif dalam pencarian informasi dan pengetahuan. Karena itu para guru perlu mengubah cara mengajar dari yang bersifat tradisional menjadi pembelajaran multi-stimulan agar lebih menyenangkan dan menarik.
“Demikian juga peran guru berubah dari semula menjadi pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, inspirator, pengembang imajinasi, kreativitas, nilai-nilai karakter, serta team work, dan empati sosial karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh mesin,” bebernya.
Merespon tantangan di era industri 4.0 ini, PGRI menginisiasi lahirnya PGRI Smart Learning and Character Center yang merupakan pusat pengembangan dan peningkatan kompetensi pofesional dan pengembangan karakter guru sesuai kebutuhan zamannya. Hal di atas sekaligus sebagai penanda datangnya era baru, guru-guru muda milenial yang menjadi anggota baru PGRI.
“Selamat datang era baru PGRI yang terus berjuang untuk menjadikan profesi guru bermartabat, berdaulat, profesional, sejahtera, dan terlindungi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai soliditas, solidaritas, independensi, integritas, dan profesionalitas,” tandasnya.
Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Bapak Presiden RI, Wakil Presiden RI, Mendikbud, dan jajarannya yang responsif terhadap permasalahan guru yang selalu diperjuangkan PGRI. Harapan PGRI agar ada pembenahan terhadap persoalan utama guru dalam melaksanakan tugas seperti administrasi guru yang berbelit-belit, rumitnya persoalan penyaluran TPG, dan penyelesaian guru honorer mulai memperoleh hasilnya seperti terbitnya:
“Permendikbud No, 10 tahun 2018 mengenai Juknis penyaluran TPG yang mengakomodasi ibadah haji, cuti baik karena sakit maupun alasan lain dalam waktu yang relatif cukup lama, dan hal-hal lainnya,” ucapnya.
Selain itu, mata pelajaran informatika sebagai pengganti mata pelajaran TIK yang sempat terhapus, diakuinya mata pelajaran Bahasa Asing, desentralisasi urusan kenaikan pangkat ke daerah, dan penyelesaian beragam persoalan yang dirasakan guru akan terus PGRI perjuangkan agar guru-guru dapat berdaulat dan bermartabat dan fokus dalam pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas.
Di momen ini, ia berterima kasih kepada seluruh guru, pendidik, dan tenaga kependidikan utamanya guru honorer yang selama ini tiada kenal lelah mengisi kekosongan guru. Tanpa dedikasi mereka, dapat dibayangkan bagaimana proses pembelajaran berlangsung karena kekurangan guru.
“Terima kasih kepada: pemerintah Pusat utamanya Kemdikbud dan Pemerintah Daerah yang menempatkan PGRI sebagai mitra strategis dalam perumuskan dan pelaksanakan kebijakan, serta dalam merespon perjuangan PGRI,” terangnya.
“Terima kasih kepada pengurus PGRI di semua tingkatan yang gigih memperjuangakan aspirasi guru terutama memperjuangkan tambahan kesejahteraan guru honorer pada Pemda masing-masing, dalam pembelaan guru yang menghadapi permasalahan profesi dan hukum, dan dalam meningkatkan profesionalisme guru melalui beragam kegiatan seperti penguatan literasi guru menulis, literasi digital yang masif, kompetisi inovasi pembelajaran, festival guru menulis, kegembiaran dalam PORSENI, kemah guru, kepedulian terhadap saudara kita yang tertimpa benacana alam di Lombok – NTB, Palu, Sigi, dan Donggala di Sulawesi Tengah, dan beragam aktivitas lainnya,” bebernya.
Dengan semua usaha ini, ia berharap semoga mendorong guru dan tenaga kependidikan bersemangat bekerja lebih efektif, disiplin, tidak mudah mengeluh, menjaga kode etik guru, merawat persatuan dan kesatauan, menjauhkan dari sikap intoleran, membangun komunikasi efektif dengan orang tua, dan terus menjadi pembelajar demi kepentingan terbaik bagi peserta didik dan bangsa Indonesia.
Pihaknya memohon agar para pengurus PGRI di semua tingkatan mengawal perjuangan dan aspirasi para guru, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan profesionalisme, kesejahteraan, dan perlindungan dengan mengedepankan dialog, berbasis data, santun, dan bermartabat tanpa membedakan status guru apapun termasuk guru PAUD.
“Jadikan PGRI sebagai rumah besar guru, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam memperjuangkan aspirasi, tempat saling bertumbuh dan berbagi, tempat silaturahmi membangun dan menyebarkan kebaikan bagi negeri,” tegasnya.
HUT PGRI diperingati tiap tanggal 25 November. Puncak perayaan HGN tahun 2018 dan HUT PGRI ke 73 akan dilaksanakan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Stadion Pakansari Kabupaten Bogor pada tanggal 1 Desember 2018 dan direncanakan Bapak Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo menyampaikan amanatnya kepada para guru.
“PGRI bertekad menjadikan guru sebagai agen perubahan sejalan dengan tema HUT ke 73 PGRI dan HGN Tahun 2018 yakni Guru sebagai Penggerak Perubahan di era Revolusi Industri,” serunya. (Siedoo)