SURAKARTA – Posisi Indonesia yang terletak di antara lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik, mengakibatkan sering dilanda gempa bumi. Seperti gempa di Palu berkekuatan 7,4 Magnitudo yang terjadi pada 28 September 2018 menimbulkan gelombang tsunami, serta likuifaksi.
Bencana alam yang sering terjadi inilah yang kemudian melatarbelakangi dua siswa program Boarding School Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta, menciptakan robot. Yaitu Salma Sonia Jneina Sagiri (kelas XI IPA 2) dan Amadeo Ahnaf (kelas XI IPA 1) yang berhasil membuat robot survivor, pencari korban selamat.
Menurut Salma, robot ini mampu mengidentifikasi posisi korban yang masih hidup di lokasi bencana karena dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi suhu tubuh manusia. Sehingga, robot tersebut akan memudahkan tim SAR dan relawan untuk mengevakuasi korban. Pembuatan robot survivor tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 6 juta.
Raih Juara III Nasional
Komponen-komponen robot survivor ini meliputi, ultrasonic sensor SRF05, adrafruit AMG88331R thermal camera, compass sensor HMC5883L, IC2560 board with arduino mega 2560, standard servo, rover 5 robot chassis dan 800mAh Li-Po battery 12 V.
Diakui Salma, tidak mudah untuk membuat robot survivor. Mereka membutuhkan waktu selama satu bulan untuk dapat menyelesaikan pembuatan robot tersebut. Dalam proses sempat mengalami kesulitan ketika merancang gripper (penjapit) komponen robot tersebut.
“Kami harus merancang dan membuat komponennya dengan benar biar gripper-nya tidak longgar saat menjapit flashpit ada tanda korban selamat,” ungkap Salma.
Robot ciptaan kedua siswa tersebut berhasil meraih Juara III dalam kompetisi robotik tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Agama pada 3-4 November 2018 di Depok sekaligus meraih predikat ‘the best original idea’.
Menurut guru pendamping siswa, Prihantoro, pada kompetisi tahun 2018 tema besar yang ditentukan pihak penyelenggara tentang mitigasi bencana. Dari riset yang dilakukan bahwa, korban meninggal dunia paling banyak pascabencana.
“Nah, robot ini digunakan untuk mencari korban selamat yang terjebak dalam puing-puing runtuhan bangunan atau lainnya yang tidak bisa dideteksi relawan. Mereka bisa terdeteksi dengan robot ini kemudian tim SAR dan relawan bisa segera mengevakuasi korban selamat,” jelas guru Fisika ini, seperti dikutip tribunnews.com.
Dalam mencari korban selamat robot survivor berjalan di sekitar area lokasi bencana menggunakan sensor termal. Sensor ini untuk menangkap suhu manusia yang masih hidup antara 30-40 derajat Celcius. Kemudian pada saat berjalan sensor robot akan berputar. Ketika menemukan korban yang masih hidup maka sensornya berbunyi.
“Untuk memudahkan tim SAR dan relawan mendeteksi korban masih hidup kita menggunakan cahaya secara visual dijatuhkan melalui gripper atau penjapit. Kemudian cahaya itu diletakkan di dekat korban,” jelas Prihantoro. (Siedoo/NSK)