JAKARTA – Azerbaijan, sebuah negara di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya, memiliki potensi berbagai sektor. Potensi-potensi tersebut dikenalkan lewat para akademisi Indonesia melalui Kedutaan Besar Azerbaijan. Kegiatan itu bekerjasama dengan Islamic and Middle Eastern Research Center (IMERC), pusat riset di lingkungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Univeritas Indonesia (UI).
Potensi Azerbaijan
Kegiatan berupa kuliah umum Ambassadorial Public Lecture, tema yang diangkat “Review the Potential Sustainability Cooperation between the Republic of Indonesia and the Republic of Azerbaijan”. Kuliah umum ini diselenggarakan di Gedung Institute for Advancement of Science Technology and Humanity (IASTH) UI, kampus Salemba.
Tujuan kuliah umum untuk pengenalan secara akademik dan eksplorasi potensi negara Azerbaijan bagi Indonesia dalam perspektif politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pariwisata, dan pendidikan. Animo kalangan akedemik mengikuti kegiatan tersebut cukup tinggi.
Deputy Chief of Mission Embassy of the Republic of Azerbaijan, Ruslan Nasibov, dalam pertemuannya dengan salah satu perwakilan dari IMERC mengatakan, Azerbaijan memiliki banyak potensi yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Dikatakan, Indonesia dan Azerbaijan memiliki potensi kerjasama di berbagai bidang.
Dalam kuliahnya, Nasibov menyampaikan negara yang menjadi persilangan antara Russia, Eropa, Asia, dan Timur-Tengah ini berdiri pertama di tahun 1918-1920, telah menjadi satu-satunya negara Islam yang memperbolehkan wanita ada di parlemen. Nasibov juga menyampaikan bahwa keterkaitan historis Islam antara Azerbaijan dengan Indonesia sangat erat.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang pertama dari sembilan wali atau dikenal Sunan Gresik adalah berasal dari kota Baku, Azerbaijan. Kedekatan historis ini juga melatarbelakangi Indonesia cepat mengakui kedaulatan Azerbaijan secara langsung setelah lepas dari Uni-Soviet tahun 1991.
Kemudian secara ekonomi, Azerbaijan negara kaya penghasil minyak dan gas bumi, salah satu pengekspor ke Indonesia. Secara sosio-kultural, Azerbaijan aktif mempromosikan multikulturalisme, perdamaian dan stabilitas nasional yang paralel dengan salah satu pilar kebangsaan Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. Ini juga yang mendorong Azerbaijan mengadakan kuliah multikulturalisme Azerbaijan di Universitas Indonesia.
Pada dimensi regional Timur Tengah, negara yang memiliki hubungan spesial dengan Turki ini juga aktif mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional di kawasan dengan cara tidak mendukung satu sisi dalam konflik regional dan memberikan hukuman tegas pada warganya yang secara ilegal berpartisipasi dalam konflik termasuk terorisme.
Kerjasama Bilateral Azerbaijan-Indonesia
Nur Munir, Ketua IMERC menegaskan bahwa acara ini penting diadakan mengingat antusiasme masyarakat akademisi terhadap Azerbaijan dan kurangnya informasi terhadap hubungan kedua negara. Indonesia, sebagai pencetus Non-Aligned Movement Countries (Gerakan Non-Blok) pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, dapat mempertimbangkan potensi-potensi kerjasama bilateral.
Kejasama antara IMERC dan Azerbaijan akan dititikberatkan pada bidang akademis dan penelitian yang menghasilkan riset-riset yang bermanfaat bagi pengembang ilmu di lingkungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesian, seperti dikutip tribunnews.com.
Riset keilmuan diharapkan bermanfaat juga menjadi rekomendasi akademik kepada Pemerintah RI, khususnya para pengambil kebijakan luar negeri RI. Kegiatan Ambassadorial Public Lecture oleh IMERC dan Kedutaan Besar Azerbaijan ini menjadi pembuka hubungan antara Universitas Indonesia dan Azerbaijan. Kuliah umum kedutaan besar ini diharapkan dapat menambah wawasan kaum akademik terhadap Azerbaijan. (Siedoo/NSK)