SURABAYA – Sebanyak 110 anggota Senat Akademik (SA) dari 11 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) berkumpul di Isyana Ballroom Hotel Bumi Surabaya, Jawa Timur. Mereka yang datang dari berbagai perguruan tinggi Indonesia itu mendiskusikan metode pembelajaran bagi generasi milenial. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) didaulat oleh Majelis Senat Akademik (MSA) dari 11 PTNBH sebagai tuan rumah Sidang Paripurna terkait dengan sadar akan adanya perbedaan pola pikir dan perubahan budaya yang ada pada generasi milenial.
Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD yang hadir membuka Sidang Paripurna mengatakan, yang menjadi tantangan atas tema besaran sidang kali ini adalah bagaimana cara perguruan tinggi mengembangkan metode pembelajaran generasi milenial agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri. Ia menjelaskan, ketika berbicara generasi milenial, pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apakah PTNBH sudah benar memahami bagaimana generasi milenial ini yang sesungguhnya.
“Ini sederhana sebenarnya, tapi ini juga menjadi poin penting dalam mengembangkan metode pembelajaran ini. Kita (perguruan tinggi, red) harus memahami betul terlebih dahulu siapa generasi milenial ini,” kata Joni.
Yang menjadi problem berikutnya adalah terkait regulasi. Karena sebagai PTNBH dianggap cukup dewasa menentukan jalan sendiri, maka mempunyai otonomi untuk menentukan langkah. Kadang otonomi ini menjadi bumerang bagi perguruan tinggi sendiri.
“Sering kali malah kita (perguruan tinggi, red) terjebak oleh regulasi-regulasi yang dibuat sendiri. Padahal dalam menghadapi generasi milenial ini, kita harus dituntut lebih dinamis,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, dalam rangka menjadi lebih dinamis tersebut, kini ITS telah berani mengambil langkah strategis. ITS merubah sistem dan kurikulum pendidikannya, agar mahasiswa langsung bisa berhubungan dengan industri.
Mahasiswa kini diberi kesempatan untuk magang di Industri hingga satu tahun lamanya. Hal itu dengan memperhatikan masa studi yang tidak terganggu, karena kampus akan mengkonversi materi-materi selama ia magang menjadi nilai-nilai akademik yang setara dengan mata kuliah di jurusannya.
“Saat ini, hal itu sudah mulai kita (ITS, red) kerja samakan dengan BUMN maupun industri swasta yang ada di Indonesia. Kita perlu melakukan itu karena prinsip secara strategis dapat memenuhi kebutuhan industri,” tandasnya.
Sebagai Rektor dirinya menyadari bahwa tidak semua mata kuliah yang diberikan oleh kampus menjadi fokus mereka dalam dunia kerja nantinya. Maka, kebijakan ini merupakan langkah dinamis ITS untuk menyiapkan mahasiswanya agar siap memasuki era industri 4.0.
“Ini yang sudah kita lakukan di ITS, kalau tidak kita akan tertinggal apalagi di era milenial,” ujar Guru Besar Teknik Lingkungan ITS itu.
Sementara itu, Ketua Senat Akademik (SA) ITS yang sekaligus Ketua MSA PTNBH, Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, mengatakan bahwa, rapat ini dihadiri oleh 110 anggota SA dari 11 PTNBH dengan membawa tema besaran yaitu Mengukuhkan Kemandirian dan Peran Aktif PTNBH untuk Bersama Membangun Masyarakat dan Industri di Era Milenial. Sidang Paripurna ini nantinya akan berlangsung selama dua hari hingga 30 Oktober 2018.
Ia mengatakan, pada hari pertama fokus pembahasan tentang langkah dan kesiapan PTNBH dalam menyiapkan metode pembelajaran yang cocok bagi generasi milenial. “Sehingga ketika mereka menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi, mereka bisa bermanfaat bagi masyarakat dan siap diterima dalam dunia industri,” urai guru besar Teknik Sipil ini.
Sedangkan pada hari kedua nantinya, para anggota senat dari berbagai PTNBH yang ada di Indonesia ini akan berfokus membahas Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) PTNBH dan sharing antar PTNBH terkait masing-masing metode pembelajaran generasi milenial di perguruan tinggi mereka. Pada agenda hari kedua, juga akan ditentukan rumusan program dan jadwal kerja MSA PTNBH periode 2018-2019 dalam tiap Komisi dan Tim MSA, serta penetapan logo MSA PTNBH secara resmi. (Siedoo)