Siedoo.com -
Nasional

Siapkan 333 Sekolah Darurat di Sulteng, Alokasikan Dana Miliaran

JAKARTA – Perhatian Kemendikbud untuk penanganan bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk bidang pendidikan begitu besar. Selain menyiapkan infrastruktur, juga menggelontarkan anggaran miliaran rupiah.

Kemendikbud menyiapkan bangunan ruang-ruang belajar darurat yang terdiri dari dua jenis berupa tenda dan bangunan semi permanen.

Yang pertama adalah tenda darurat sesuai standar United Nations Children’s Fund (UNICEF) yang berwarna putih disertai ventilasi. Bangunan darurat dibuat dari kayu atau bambu beratapkan terpal dengan kapasitas 7 ruang kelas.

Ruang-ruang belajar darurat tersebut diprioritaskan untuk ditempatkan di titik-titik dekat lokasi pengungsian tempat berkumpulnya anak-anak.

“Dari Kemendikbud kami menyiapkan 333 unit sekolah darurat dengan kapasitas 7 ruang,” kata Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen), Poppy Dewi Puspitawati, dilansir dari jpnn.com

“Kemudian tenda darurat sudah kami kirimkan sebanyak 20 unit. Dan nanti kami akan mendapatkan bantuan tenda dari UNICEF sejumlah sekitar 300 unit,” tambahnya.

Untuk anggaran yang dikeluarkan Kemendikbud berjumlah Rp 246, 5 miliar. Bantuan ini merupakan penyesuaian APBN Kemendikbud 2018. Beberapa anggaran masih memerlukan proses revisi di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

“Yang penting proses pembelajaran terus berlangsung dengan segala keterbatasan yang ada,” jelasnya.

Bantuan ditekankan pada pembangunan sekolah darurat. Bagian dari dana miliaran tersebut juga dialokasikan untuk bantuan berupa tunjangan khusus kepada guru terdampak bencana di Sulteng, serta pemulihan kegiatan belajar.

“Yang ditekankan pak menteri itu agar anak-anak tetap berkegiatan dan memiliki semangat untuk belajar. Intinya agar anak-anak itu kembali ceria, bisa berkumpul dengan teman-temannya,” tambahnya.

Kemendikbud telah mengirimkan 17 truk bantuan yang membawa bahan makanan, susu, air mineral, juga bahan bakar minyak (BBM). Bantuan didistribusikan kepada siswa, guru dan tenaga kependidikan terdampak.

Baca Juga :  Meningkatkan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional

“Guru-guru perlu diberikan penguatan, untuk trauma healing atau psikososial,” tandasnya.

Dikatakan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mengirimkan para pelatih ke Sulteng untuk memotivasi dan mengajak guru-guru kembali ke sekolah.

Baru Terdata 422 Sekolah Rusak

Dari data Kemendikbud per 6 Oktober 2018, sebanyak 422 sekolah mengalami kerusakan. Sementara 80 guru dan tenaga kependidikan serta 59 siswa menjadi korban, baik meninggal, hilang, maupun rawat inap.

“Yang paling penting, kami telah mengaktivasi pos pendidikan, yang kita pusatkan di LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Sulawesi Tengah,” kata Poppy.

Proses pendataan, diakuinya, masih belum optimal khususnya di wilayah Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Cukup banyak pendidik maupun tenaga kependidikan yang belum teridentifikasi statusnya.

Saat ini, sebanyak 26 pegawai LPMP Sulteng belum diketahui statusnya. Salah satu staf bernama Arifin, dan seorang anak dari staf LPMP menjadi korban meninggal.

Dua rumah pegawai dilaporkan hilang/amblas akibat likuifaksi, dan tiga rumah dinyatakan rusak berat. LPMP Sulteng mengalami kerusakan ringan, tetapi masih dapat menjalankan fungsinya.

Fokus pada Pendidikan Agama

Di sisi lain, Kementerian Agama (Kemenag) akan mengalokasikan anggaran secara khusus untuk rehabilitasi dan recovery korban terdampak gempa dan tsunami di Palu-Donggala, Sulteng.

“Tahun anggaran 2019, kita akan mengalokasikan anggaran khusus untuk melakukan rehabilitasi dan recovery di Sulteng,” tegas Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dilansir dari kemenag.go.id

“Kita akan memberikan perhatian khusus pada lembaga pendidikan agama dan keagamaan terdampak gempa. Termasuk juga untuk rumah ibadah,” lanjutnya.

Menurut Menag, pihaknya saat ini masih melakukan pendataan lembaga pendidikan dan rumah ibadah yang terdampak. Pada saat yang bersamaan, Kemenag juga akan mempercepat penghimpunan dan penyaluran dana bantuan bagi korban bencana.

Baca Juga :  Adaro Bersama Kementerian LHK Hijaukan Menoreh dengan RHL

Awal Oktober lalu, sebanyak empat truk yang berisi sembako serta perlengkapan sehari-hari sudah sampai di Palu untuk didistribusikan kepada yang membutuhkan. Bantuan itu bersumber dari dana tali asih keluarga besar ASN Kementerian Agama.

Terkait kegiatan belajar mengajar siswa dan mahasiswa, Menag mengatakan bahwa akan dilakukan dua hal. Pertama, membangun tenda darurat agar proses belajar-mengajar bisa tetap berjalan.

Kedua, menyebar mahasiswa ke sejumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di sekitar Palu yang bisa dijadikan tempat untuk melanjutkan proses studi. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?