TEGAL – Aksi guru honorer mogok mengajar secara massal masih saja terjadi di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Atas kondisi ini membuat sebagian siswa terlantar, tidak mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
Tindakan itu diambil diantarannya sebagai bentuk menuntut pembatalan rekrutmen CPNS umum. Mengingat mereka tidak diangkat secara langsung menjadi CPNS.
Di kabupaten di wilayah Pantura tersebut, guru mogok mengajar sudah dimulai sejak awal Oktober ini. Hingga Jumat (5/10/2018) pun masih berlangsung.
Tak tega melihat dunia pendidikan lumpuh, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Tegal Umi Azizah bersikap. Perempuan berjilbab ini mendatangi sejumlah sekolah. Umi menjabat Plt Bupati menggantikan Bupati Tegal Entus Susmono yang kini telah berpulang ke Rahmatullah.
Umi, panggilan akrabnya, sempat menggantikan tugas guru yang masih mogok mengajar. Warga nahdiyin tersebut mendatangi sejumlah SD yang ada di Kecamatan Balapulang.
Salah satu yang didatangi Bupati Tegal terpilih itu yakni SDN Balapulang Wetan 3. Umi sempat masuk ke kelas 5 dan mengajar para siswa. Umi dalam Pilkada Serentak 27 Juni lalu maju menjadi calon Bupati Tegal berpasangan dengan Ardie yang diusung PKB.
“Ya tadi memang satu tidak bertugas, karena mogok sejak Senin (1/10/2018),” kata Umi dilansir dari radartegal.com.
Selain di sekolah itu, Umi juga mendatangi SDN Balapulang Wetan 4, SDN Balapulang Kulon 1, dan SD Balapulang Kulon 3.
“Dari empat SD yang kami datangi, memang ada tenaga honorernya yang mogok. Alhamdullilah sebagian besar sudah masuk dan kembali bertugas,” ujarnya.
Menurut Umi, Kecamatan Balapulang termasuk yang jumlah tenaga honorernya banyak. Sehingga dia perlu memastikan kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah tidak terganggu dan jika perlu menggantikan guru yang mogok.
“Saya ingin mengecek langsung. Memang benar ada tenaga honorer yang mogok, tapi itu tak lebih dari tiga hari,” tandasnya.
Sosok Singkat Umi Azizah
Melansir dari umi-ardie.com, Umi Azizah dilahirkan di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal tahun 1960.
Putri kedua pasangan KH. Zainal Arifin (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah) dan Ibu Nyai Hj. Masyitoh ini sejak kecil dididik di lingkungan agamis.
Saat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah, ia dikirim orang tuanya ke Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang di bawah asuhan KH. Bisri Samsyuri (Mbah Bisri, kakek Gus Dur).
Selepas menamatkan MA, Umi Azizah melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Diponegoro (Undip).
Umi memilih untuk masuk di jurusan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip). Tahun 1985, Umi Azizah dinyatakan lulus dan menjadi wisudawan terbaik Fisip Undip.
Atas prestasinya, ia ditawari untuk menjadi dosen di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Tawaran untuk menjadi dosen ditolaknya karena ia merasa terpanggil untuk mengabdikan diri di tempat kelahirannya.
Kondisi Tegal pada waktu itu juga mengharuskan dirinya untuk ikut berkontribusi memberikan solusi atas berbagai persoalan yang ada di masyarakat.
Umi Azizah mengawali kiprahnya mendedikasikan diri untuk masyarakat Tegal dengan aktif di organisasi perempuan Fatayat Nahdlatul Ulama (Fatayat NU).
Umi terpilih menjadi Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Tegal selama dua periode (1987-1992 dan 1992-1997). (Siedoo)