SURABAYA – Kota Surabaya, Jawa Timur dinobatkan sebagai salah satu kota terhijau di dunia. Wali Kota Surabaya Dr (HC) Tri Rismaharini sengaja dihadirkan sebagai pembicara untuk membagi pengalaman dan strateginya yang sudah terbukti bisa menjadikan kota hijau.
Dalam mengelola lingkungan, selain memang terus membenahi dan melakukan upaya penghijauan serta pengelolaan lingkungan yang baik, hal terpenting adalah menanamkan rasa kepedulian masyarakat atas kebersihan lingkungannya.
Risma juga mengatakan, dalam keberhasilannya mengubah wajah kota Surabaya menjadi semakin cantik dan indah saat ini, adalah dengan melakukan kontrol yang ketat di setiap sudut kotanya.
“Makanya saya pasang sangat banyak CCTV di kota saya (Surabaya, red). Sehingga misalkan ada salah satu pompa air yang mati, saya akan tahu dan langsung menyuruh untuk menyalakannya,” kata Risma saat Lokakarya Nasional UI GreenMetric World University Ranking dan Seminar Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan.
Kegiatan ini dikoordinasi oleh Unit Pengendalian, Pengelolaan dan Pengawasan Program (UP4) ITS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang memiliki program Eco Campus, didaulat sebagai tuan rumah.
Kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan dari 50 perguruan tinggi di Indonesia ini, secara resmi dibuka oleh Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MScES PhD. UI GreenMetric merupakan sebuah program perankingan dunia yang diinisiasi oleh Universitas Indonesia untuk menilai universitas berdasarkan komitmen dan tindakan universitas terhadap penghijauan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Wali Kota yang juga alumni ITS tersebut merasa berbangga saat ini di tempat pembuangan akhir yang ada di kota Surabaya, sudah dapat menghasilkan listrik. Itu untuk mengaliri sudut-sudut jalan dan kantor-kantor pemerintahan yang ada.
“Itu semua juga diwujudkan melalui kerja sama dengan ITS. Sehingga, dapat menghemat penggunaan energi,” jelas wanita yang sering dipanggil ibunya arek-arek Suroboyo tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MM MSc, Ketua Tetap Panitia UI GreenMetric mengatakan, acara ini merupakan satu dari sepuluh program perankingan kampus yang berskala internasional dan sudah mendapatkan pengakuan dunia. Sampai saat ini total kampus yang telah terdaftar menjadi peserta UI GreenMetric berjumlah 619 yang tersebar di 76 negara.
Riri menjelaskan, ada enam kriteria yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam perankingan dunia ini. Antara lain pengaturan lahan dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, penggunaan air, transportasi, pengelolaan sampah, serta pendidikan dan penelitian.
“Indonesia patut berbangga, karena UI GreenMetric ini menjadi satu dari sepuluh program untuk perankingan kampus yang diakui oleh dunia,” katanya.
Pentingnya agenda lokakarya dan seminar nasional ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran kampus-kampus yang ada di Indonesia untuk terus berusaha membenahi lingkungan kampus mereka. Itu agar lebih hijau dan memperhatikan dari sisi keberlangsungan lingkungan ke depannya.
Ia juga sempat mengungkapkan keprihatinannya, mengingat dari 4 ribu lebih perguruan tinggi yang ada di Indonesia, hanya kurang dari 60 perguruan tinggi yang mengikuti program UI GreenMetric ini.
“Lingkungan kampus yang bersih dan hijau, serta sarana prasarana yang bisa menunjang keberlanjutannya, bisa menjadi tempat pembelajaran yang menyenangkan bagi mahasiswa,” tandasnya.
Kampus Ciptakan Lingkungan Bersih
Sementara itu, Prof Joni Hermana saat membuka acara mengatakan, yang seharusnya dibawa semangatnya mengikuti kegiatan ini bukanlah untuk dapat menjadi nomor satu pada program pemeringkatan dunia ini. Namun, lebih daripada itu, setiap kampus harusnya membawa semangat kesadaran bahwa menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman dan sadar akan keberlangsungan energi merupakan hal yang perlu dinomor satukan.
“Seperti kami di ITS, kami terus berbenah dan terus berusaha menjadikan kampus ITS sebagai kampus yang hijau dan menimbulkan kesadaran bagi warga ITS agar turut menjaga lingkungan kampus,” kata rektor. (Siedoo)