MAGELANG – Para peserta kuliah umum yang mayoritas adalah mahasiswa Prodi Hukum, dihimbau agar selalu waspada kelompok paham radikal yang tanpa disadari berkembang di kampus. Kelompoknya bisa bersifat tertutup, mudah mengkafirkan orang bahkan sesama muslim. Ingin menegakkan hukum agama menggantikan dasar negara, menempatkan paham barat sebagai ancaman umat, mengajak anggotanya dalam diskusi tertutup.
“Serta melakukan pembaiatan, dan sebagian diantaranya sudah mulai menggunakan paham kekerasan,” kata Kasubdit Kontra Propaganda, Direktorat Pencegahan, Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) Sujatmiko.
Ia menyampaikan itu saat Kuliah Umum Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tidar Magelang, Jawa Tengah. Ia menjelaskan apa sumber permasalahan utama dari terorisme dan perkembangannya di Indonesia saat ini.
Selain mahasiswa Prodi Hukum, turut hadir perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) baik di tingkat universitas dan fakultas. Tujuannya untuk menyebarkan pemahaman kondisi radikalisme yang berujung terorisme di Indonesia dan bagaimana mencegah penyebaran luas paham ini untuk kedepannya.
Sujatmiko menjelaskan, tidak semua orang berpendidikan rendah yang menjadi sasaran brainwash para teroris. Namun banyak pula orang berpendidikan tinggi.
“Salah satu bukti orang berpendidikan tinggi yang juga kena paham terorisme adalah otak pelaku bom Surabaya yang ternyata adalah (orang) ITS,” ungkapnya.
Menurut dia, sepanjang tahun 2018 ini tercatat sudah terjadi 8 aksi teror di Indonesia. Salah satu kejadian yang cukup menggemparkan adalah pelaku peristiwa bom di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur merupakan satu keluarga.
“Seperti yang kita ketahui, pelaku bom Surabaya melibatkan anak-anaknya yang masih kecil. Kejadian ini merupakan salah satu bukti bahwa pemahaman radikalisme yang berujung tindakan terorisme sudah ditanamkan dari usia anak-anak,” jelas Sujatmiko, sesuai pers rilis yang diterima Redaksi Siedoo.
Ia menyatakan, jika mempunyai pandangan yang berbeda, jangan hanya diam. Mari berdiskusi, baik terbuka maupun tertutup.
“Jika mulai ada teman anda yang berbeda pandangan lalu meninggalkan teman-teman, keluarga atau komunitasnya, maka perlu kita curigai,” katanya. (Siedoo)