LOMBOK – Gempa kembali lagi terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (29/8/2018) sekitar pukul 21.56 WIB dengan kekuatan 7,0 scala richter. Gempa ini merupakan aktivitas baru dan berbeda dengan yang terjadi sebelumnya, 5 Agustus 2018 lalu. Hingga berita ini ditulis, belum ada laporan terkait korban jiwa dan fasilitas yang rusak atas gempa terbaru tersebut.
Khusus bangunan sekolah, data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyebut, gempa di awal Agustus tersebut telah mengakibatkan kerusakan 606 gedung sekolah. Sekitar 3.051 ruang kelas di ratusan sekolah itu mengalami kerusakan, 1.460 di antaranya rusak berat.
Mendikbud Muhadjir Effendy menyatakan pemerintah pusat bersama pemerintah daerah masih terus bergotong royong memperbaiki kondisi ruang kelas dan bangunan sekolah yang rusak.
“Fokusnya di sekolah. Kita prioritaskan bagaimana supaya proses kegiatan belajar mengajar kembali lancar,” ujar Mendikbud Muhadjir Effendy dalam rilisnya.
Paska gempa awal tersebut, Kemendikbud telah memasang tenda untuk ruang kelas sementara. Tenda-tenda tersebut akan digunakan untuk proses belajar mengajar, sambil menunggu bangunan semi permanen untuk kelas sementara selesai dibangun.
“Setelah dibangun kelas dengan tenda darurat, lalu bangun sekolah semi permanen. Karena untuk membangun yang semi permanen butuh waktu sekitar dua atau tiga bulan, jadi menggunakan tenda dulu,” ujar menteri yang menggantikan Anies Baswedan tersebut.
Untuk rehabilitasi bangunan, sesuai hasil rapat kabinet terbatas, akan dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Menurut Muhadjir, karena perbaikan akan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka diperlukan kelas sementara agar kegiatan belajar mengajar kembali berjalan dengan baik. Bangunan yang rusak parah harus dirobohkan dulu, kemudian dibangun kembali. Waktu yang dibutuhkan sekitar enam sampai sepuluh bulan.
Jumlah bangunan semi permanen yang akan dibangun, menurut Mendikbud, akan disesuaikan dengan sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa. Bangunan semi permanen ini akan digunakan untuk menjalankan proses belajar mengajar sembari menunggu bangunan sekolah yang rusak selesai diperbaiki.
Mendikbud mengimbau agar siswa dan guru bersabar karena sementara waktu harus belajar di bawah tenda. Sebelum akhirnya gedung sekolah bisa direhabilitasi. Ia berharap agar siswa tetap semangat belajar di ruang kelas sementara.
“Dengan pembelajaran yang baik, itu akan membantu mereka mengatasi traumanya, dan menguatkan mentalnya,” kata Muhadjir.
Selain itu, Kemendikbud juga telah menyalurkan bantuan berupa perlengkapan sekolah dan penanganan psikososial bagi siswa dan guru yang menjadi korban gempa. Beberapa tenda tambahan yang baru datang akan segera dipasang di beberapa sekolah yang mengalami kerusakan berat. (Siedoo)