Siedoo.com -
Opini

Dilema Mahasiswa, Kuliah Cepat 24 SKS VS IPK Tinggi Tapi Lama

Siedoo.com, Ketika menjadi mahasiswa baru di semester 1, bayangan kita ingin kuliah dengan cepat. Mengambil 24 SKS setiap semester dan IPK nya tinggi. Mungkin, untuk mahasiswa smart hal itu tidak masalah, semua bisa terjadi. Karena, pembuat kurikulum pasti sudah merancang yang cerdas bisa selesai kuliah dengan cepat dalam 7 semester (untuk program Sarjana/S1).

Tetapi, bagi sebagian besar karena kemampuan mahasiswa yang kurang cerdas, perlu waktu 8 semester atau bahkan lebih dari 8 semester. Atas kondisi itu, kita dapat membagi keadaan mahasiswa dalam hal strategi, mengambil banyak SKS persemester dengan kondisi sebagai berikut:

1. Mahasiswa Smart (Full Fokus Kuliah Saja).

Mahasiswa dalam kelompok ini merupakan kelompok yang diberi kemampuan kecerdasan IQ di atas rata-rata dan tanpa gangguan. Seperti kuliah sambil bekerja, atau kuliah sambil disibukkan hal-hal diluar akademik. Untuk mahasiswa kelompok ini, sangat besar kemungkinan untuk lulus cepat 7 semester dengan IPK maksimal. Mahasiswa ini dapat mengambil tiap semester 24 SKS karena mereka mampu menggunakan waktunya full untuk belajar tanpa diganggu dengan aktivitas-aktivitas lain.

2. Mahasiswa Smart dengan Aktivitas Lain.

Mahasiswa dalam kelompok ini diberi anugrah kemampuan kecerdasan IQ yang tinggi tetapi tidak dapat full fokus hanya kuliah. Karena mereka perlu aktivitas lain. Misalnya karena kebutuhan ekonomi mereka harus kuliah sambil bekerja, atau mereka mempunyai jiwa organisasi.

Mahasiswa seperti ini perlu membagi waktu dengan disiplin, jika mereka ambil 24 SKS tiap semesternya. Jika tidak, maka berefek dalam nilai akademis mereka, yang menyebabkan IP semesternya jelek, maka disemester berikutnya tidak dapat mengambil SKS maksimal disemester berikutnya.

Terpleset sedikit di satu semester mengakibatkan mereka mundur 1 semester bahkan bisa 1 tahun.

Baca Juga :  Ternyata Ini yang Dilakukan Mahasiswa, Ketika Kuliah Kosong

3. Mahasiswa Kecerdasan Normal (dengan Aktivitas Lain).

Mahasiswa dalam kelompok ini merupakan kebanyakan yang ada dikampus. Sangat langka mahasiswa yang dalam kecerdasan normal yang full belajar. Maksudnya, jika dia ambil 20 SKS, maka dia full belajar, akan menyediakan waktu (20 jam kuliah+20 jam belajar kelompok+20 jam belajar mandiri). Jadi total 60 jam perminggu/10 jam perhari dialokasikan untuk belajar.

Kebanyakan mahasiswa dalam kelompok normal ini adalah mahasiswa dengan aktivitas lain diluar akademis. Ada yang organisasi, ada yang sambil bekerja, ada yang aktivitas lain. Untuk mahasiswa dalam kelompok ini jika memaksakan diri mengambil 24 SKS/semester, akibatnya nilai IPK mereka menjadi jelek.

Karena waktu dalam satu hari itu, untuk yang smart dan normal adalah sama 24 jam sehari. Jadi, untuk dia yang normal dengan aktivitas diluar yang banyak, sebaiknya mengambil SKS matakuliah tiap semester disesuaikan dengan kemampuan dia belajar.

Jika dengan aktivitas yang banyak dan porsi dia belajar perhari hanya 6-7 jam, maka ambillah 16 SKS (7 jam x 7 hari) : 3 (kelas, kelompok, mandiri). Karena untuk menyelesaikan sarjana strata 1 (144 SKS), jika dibagi 16 SKS perlu 9 semester. Tetapi, kebanyakan mahasiswa ingin ikut-ikutan temannya yang ambil 24 SKS, padahal kemampuan dia normal dengan aktivitas diluar yang sangat banyak. Akibatnya nilai IP nya jelek, ada yang tidak lulus dan efeknya sama lebih dari 8 semester.



Kenali Diri dan Percaya Diri

Mahasiswa itu levelnya sudah di atas siswa menengah atas. Dalam level mahasiswa, dilatih untuk mengenali dirinya sendiri. Jika dia bisa cepat lulus ya bisa, jika dia ingin lambat juga bisa.

Pengambilan matakuliah tiap semester semua dengan kemampuan diri sendiri, jangan ambil karena ikut teman. Mungkin teman yang mengambil matakuliah banyak, memang segitu kemampuannya. Dia bisa membagi waktu antara aktivitas dan belajar dengan baik, atau mungkin dia mahasiswa yang smart.

Baca Juga :  Perlukah Keterlibatan Stakeholder Dalam PJJ di Masa Pandemi Covid-19?

Jika kemampuan jam belajar kalian sedikit, ambillah sedikit sesuai kemampuan. Misal dengan mengambil 16 SKS kalian bisa mempunyai nilai A atau B dan tambah 1 semester (semester 9) tetapi dengan IPK diatas 3,0 itu lebih baik dari pada kalian memaksakan ambil 24 SKS selesai 7 semester, tetapi banyak nilai C nya sehingga IPK kurang dari 3,0.

Karena begitu kalian wisuda, sudah tidak ada waktu untuk memperbaiki nilai IPK. Di Indonesia misal kita ingin bekerja di sebuah instansi/perusahaan kebanyakan masih melihat IPK untuk syarat administrasinya. Silahkan pilih jika persemester bayar SPP misal 3 juta/semester maka pilih 27 juta (9 semester x 3 juta) IPK diatas 3,0. Atau 21 juta (7 semester x 3 juta) ?

Kalau saya pilih Rp 21 juta dengan IPK diatas 3,0 dengan aktivitas yang banyak … (semoga kelompok ini banyak).

Apa Tanggapan Anda ?