SURABAYA – Debit pada suatu sungai tidak pernah konstan. Hal ini serupa dengan catatan yang dihasilkan alat perekam muka air otomatis atau biasa disebut Automatic Water Level Recorder (AWLR).
“Erosi dan sedimentasi juga disebabkan oleh perubahan debit sungai. Hal itu berpengaruh terhadap pembentukan dan perubahan dasar sungai,” kata dosen hidraulika Dr Ir Kuntjoro MT.
Pernyataan itu disampaikan berkaitan dengan analisis pada fluktuasi debit air yang melalui sungai. Besarnya debit air dapat menyebabkan propagasi alur sungai yang bisa berpengaruh pada tingkat keamanan dan kerawanan bangunan sungai yang telah dibuat.
Kondisi tersebut kemudian mendorong tim dosen dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur untuk melakukan analisis pada fluktuasi debit air yang melalui sungai. Propagasi alur sungai adalah suatu proses di dalam sungai yang berkaitan dengan erosi di satu sisi disertai dengan sedimentasi di sisi lain. Itu berakibat pada bergesernya alur sungai sehingga bisa membahayakan infrastruktur di dekatnya.
Dilatarbelakangi oleh kenyataan tersebut, tim yang terdiri dari tiga dosen yaitu Dr Ir Kuntjoro MT, Ir Ismail Sa’ud MMT dan Ir Didik Harijanto CES ini berhasil memodelkan pergerakan alur sungai guna menentukan tingkat kerawanan bangunan sungai dengan tepat. Ketua tim, Dr Ir Kuntjoro MT menjelaskan bahwa penelitian dilakukan pada kawasan sungai Brantas, dengan mempertimbangkan hidraulika sungai, luas penampang basah, kedalaman air dan kemiringan dasar sungai, transportasi sedimen berperan dalam pembentukan keseimbangan geometri sungai.
“Kami melakukan analisis propagasi alur sungai, sedimen dan geometris sungai Brantas di segmen Mojokerto,” urainya.
Menurut Kuntjoro, dalam kurun dasawarsa terakhir yang tercatat pada AWLR, terlihat perubahan-perubahan pola fluktuasi debit yang ditengarai sebagai pemicu propagasi alur sungai. Analisis debit dilengkapi dengan data geometri sungai dan teknis tanah yang kemudian dianalisa dengan teori KUN-QArSHOV dan metode Wallingford.
Doktor lulusan Universitas Brawijaya, Malang tersebut menyampaikan, analisis yang dilakukan tersebut dapat memprediksikan aliran sungai, debit dan sedimentasinya yang kemudian memunculkan satu kesimpulan. Bahwa pergerakan sungai dipengaruhi oleh besarnya fluktuasi debit dan geometri sungai.
Kuntjoro mengatakan, hasil dari penelitian ini telah diaplikasikan pada pembangunan sungai Batui di Luwuk, Sulawesi Tengah. Kemudian, di tahun ini juga akan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait deteksi dini banjir dengan indikator pola fluktuasi debit.
“Tahun 2018 ini, kami akan melanjutkan penelitian yang sama untuk menyempurnakan hasil dari sebelumnya,” jelas Kuntjoro.