MEDAN – Investasi infrastruktur perlu dijaga agar terus memberikan dampak positif terhadap kondisi logistik Indonesia. Sehingga, nilai Domestic Logistic Performance Indicator (DLPI) di Indonesia semakin tinggi seiring berjalannya waktu.
“Tim kami juga menyarankan Efisiensi program Tol Laut (Sea-Toll) dapat terus dilaksanakan karena program ini cukup produktif untuk mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia,” kata salah satu mahasiswa Dionisius Andre, Ketua Tim Gardapati Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur.
Ia menyampaikan itu dalam ajang Industrial Engineering Fair di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Pada kesempatan itu, timnya keluar sebagai juara pertama dengan mengajukan penelitian untuk memberikan solusi terkait dengan program Efisiensi program Tol Laut. Selain Dionisius Andre, timnya terdiri dari Firliasari Sarah, dan Satria Wira Buana
Saat ini, Sea Toll yang ditetapkan pemerintah guna mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia, belum diketahui secara pasti. Berdasar kondisi tersebut, tiga mahasiswa Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu mengajukan penelitian untuk memberikan solusi dan akhirnya berbuah sebagai juara pertama dalam ajang Industrial Engineering Fair di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Tim Gardapati ITS melakukan pengamatan terhadap tiga komoditas pasar. Mereka memiliki tujuan untuk menilai efisiensi program Sea-Toll sekaligus mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia.
“Selain itu, kami juga ingin menilai kebijakan apa yang akan menjadi produktif bagi tujuan pemerintah tersebut,” jelas Dionisius Andre.
Mahasiswa yang akrab disapa Andre ini memaparkan bahwa penilitian yang mereka lakukan ini berdasar pada Indeks Harga Konsumen (IHK), Indikator Kinerja Logistik Domestik (Domestic Logistic Performance Indicator/DLPI), dan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI). Serta, menggunakan sistem dinamis yang disebut Stella untuk disimulasikan.
Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui selisih harga komoditas tersebut, Andre bersama tim membatasi komoditi tersebut ke dalam tiga kategori. Yaitu, beras medium (beras medium), minyak goreng curah, dan unggas ayam.
“Menurut kami, komoditas ini merupakan komiditi yang banyak digunakan oleh rumah tangga Indonesia,” jelasnya.
Berdasarkan data harga yang dikumpulkan melalui database Kementerian Perdagangan Indonesia, dari tahun 2015 sampai 2017, dari 10 kota yang dilalui jalur Sea-Toll, yaitu Banda Aceh, Medan, Palembang, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Sorong membuktikan bahwa program Sea-Toll memberikan harga yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
“Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya efek positif dalam penurunan harga disparitas pada unggas ayam dan beras,” ungkap mahasiswa angkatan tahun 2014 ini.
Berdasarkan DLPI, efisiensi program Sea-Toll dipengaruhi oleh dua faktor. Yaitu, tingkat biaya dan ongkos, dan kualitas infrastruktur. Selain itu, potensi besar ditunjukkan oleh GCI, yaitu peringkat Indonesia dalam hal infrastruktur yang tinggi mendorong pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) USU tersebut, tim Gardapati ITS juga diberikan studi kasus mengenai permasalahan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I. Mereka pun akhirnya dinilai berhasil menyelesaikan studi kasus yang diberikan dengan memberikan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.