Siedoo.com -
Internasional

Kampus-kampus Ternama Indonesia Kompak Juara di Singapura

SINGAPURA – Beberapa perguruan tinggi di Indonesia kompak meraih prestasi yang membanggakan. Di ajang bergengsi Shell Eco-marathon (SEM) Asia 2018, di Changi Exhibition Centre Singapura Sabtu (10/3/2018), tim mobil hemat energi Indonesia menduduki peringkat atas. Tim Sapuangin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur berhasil menunjukkan taringnya dengan menduduki peringkat pertama.

Sementara posisi kedua hingga kelima di kelas Urban Concepts ICE ini, dikuasai juga tim-tim dari Indonesia. Yakni berturut-turut tim Semar UGM, tim Garuda UNY, tim Sadewa UI dan tim Bengawan UNS. Setelah menduduki juara, semua tim kelas Urban Concepts semua jenis bahan bakar masih harus bertarung untuk kompetisi balap, Minggu (11/3/2018). Mereka akan berebut tiket melaju ke ajang Driver’s World Championship (DWC) London tahun ini juga.

Posisi juara tim mobil hemat energi dari tim ITS didapat setelah race terakhir. Tim Sapuangin berhasil merajai peringkat pertama kelas Urban Concepts Internal Combustion Engine (ICE). Bagi tim Sapuangin, kemenangan ini merupakan kali ke-8 sejak keikutsertaannya di tahun 2010 silam.

Alhamdulillah sejak diadakan tahun 2010 kita (tim Sapuangin, red) selalu juara pertama di kelas Urban Concepts ICE ini. Kecuali tahun 2013 karena kompetisi ditiadakan,” kata Dosen pembina tim Sapuangin Ir Witantyo MEng Sc.

Meski sempat terhalang hujan dan angin kencang saat race pertama dan kedua, namun Sapuangin tetap berhasil mengatasi kesulitan itu semua. Untungnya, pada race ketiga cuaca di sirkuit jauh lebih bersahabat. Meski lokasi tepat di pinggir laut.

“Selain karena kesiapan mobil secara bodi dan sistem, kemampuan driver dan koordinasi tim juga sangat menentukan keberhasilan ini,” imbuh Rafi Rasyad, General Manager ITS Team Sapuangin.

Baca Juga :  Wakili Asia, ITS Melaju Kencang ke London

Selain Tim Sapuangin, tim Nogogeni dari ITS harus puas di peringkat kedua kelas Urban Concepts Listrik. Tim Nogogeni yang bermain di kelas Urban Concepts Listrik harus puas di posisi kedua di bawah tim Lac Hong Vietnam yang juara bertahan tahun lalu. Kekalahan ini memang sedikit mengecewakan tim Nogogeni.

Ini karena mereka menilai ada kecurangan dari tim Lac Hong yang seharusnya mendapat penalti pengurangan nilai. Apalagi saat race pertama dan kedua, tim Nogogeni masih bertengger di posisi pertama klasemen di kelasnya. Namun, saat race ketiga tiba-tiba jarak tempuh mereka kalah dengan tim Lac Hong yang meningkat drastis.

“Seharusnya dengan kecurangan mereka ada pengurangan nilai. Sehingga, skor kami (tim Nogogeni, red) harusnya bisa lebih tinggi dari Lac Hong,” ungkap Dedy Zulhidayat Noor ST MT PhD, dosen pembina tim Nogogeni.

Kecurangan tersebut, terjadi saat mobil Lac Hong masuk ruang hitung setelah race terakhir. Saat itu, driver Lac Hong dinilai keluar mobil dan menyentuh alat telematry hingga terjatuh. Itu melanggar prosedur yang ditetapkan.

“Karena seharusnya di ruang hitung peserta tidak boleh menyentuh apapun dari mobil. Sampai panitia selesai melakukan penghitungan hasil race,” jelas Dedy dengan nada kecewa.

Karena hal tersebut, tim Nogogeni sempat melayangkan protes ke panitia. Namun setelah sedikit berdebat, akhirnya panitia tetap memutuskan tim Lac Hong tidak curang dan menjadi juara. Namun, menurut Dedy, hasil yang dicapai Nogogeni ini sudah melampaui prestasi tahun lalu yang hanya mampu di posisi ketiga.

“Bahkan saat keikutsertaan pertama kali dua tahun lalu hanya mampu lolos tahap scrutineering saja, tidak sampai race,” ujarnya sambil tersenyum.

Apa Tanggapan Anda ?