JAKARTA – Kurikulum Merdeka menitikberatkan pengembangan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Kemendikbudristek mendorong satuan pendidikan agar menerapkan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kesiapan masing-masing satuan pendidikan.
“Karena Kurikulum Merdeka dirancang memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk membuat kurikulum operasional yang kontekstual, sehingga pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik,” ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto.
Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) Kemendikbudristek, L. Julius Juih mengungkapkan, pembelajaran berbasis projek di dalam Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak akan semakin termotivasi untuk belajar.
“Orang tua jangan berkecil hati karena kurikulum merdeka melayani semua individu. Anak juga menjadi lebih senang karena di dalam pembelajaran berbasis projek dan penilaian menggunakan portofolio yang bisa dilihat orang tua,” tutur Julius dilansir dari kemdikbud.go.id, Ahad (24/7/2022).
Menanggapi hal ini, beberapa orang tua yang tergabung dalam Komunitas Ibu Penggerak turut menyampaikan aspirasi.
Irin Setiani, Ibu Penggerak dari Sidina Community Jawa Tengah menyambut baik adanya Kurikulum Merdeka karena lebih memudahkan anak dalam belajar sesuai minat bakat.
“Semoga dengan adanya Kurikulum Merdeka diharapkan anak lebih percaya diri, lebih semangat untuk belajar di sekolah dan mampu mengembangkan bakat sesuai minat anak,” kata Irin.
Selanjutnya, Soraya Pinta Rama, Ibu Penggerak dari Sidina Community Sulawesi Tengah juga memberikan tanggapan positif terhadap Kurikulum Merdeka.
Menurutnya, Kurikulum Merdeka bisa memfasilitasi semua anak yang memiliki potensi berbeda. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga bisa mendorong sekolah, guru, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih mandiri, inovatif dan kreatif.
“Saya berharap agar sekolah antusias terhadap Kurikulum Merdeka ini dan bisa menjawab kekhawatiran orang tua tentang nasib pendidikan anaknya,” ujar Soraya.
Berbagi pandangan lainnya, Parada Monita Napitupulu, Ibu Penggerak dari Sidina Community Nusa Tenggara Timur (NTT) turut mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. Sebagai seorang guru di SMA Negeri 1 Nekamese Kabupaten Kupang, NTT ia berbagi cerita tentang penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya.
“Guru dan siswa menyambut baik Kurikulum Merdeka. Di sekolah kami, siswa dilibatkan dalam banyak projek, memobilisasi serta memfasilitasi kegiatan dan kebutuhan siswa yang sesuai dengan zamannya. Dengan begitu, bukan hanya siswanya yang harus berpikir kritis, tetapi guru juga dituntut harus lebih kreatif,” jelas Monita.
Senada dengan Mona, Susi Sukaesih, pendiri Sidina Community juga mendukung kehadiran Kurikulum Merdeka.
“Menurut saya Kurikulum Merdeka ini sangat sederhana tapi mendalam, aplikatif, relevan, dan sangat menfasilitasi minat serta bakat siswa. Sehingga siswa tidak merasa terbebani tapi merasa senang belajar, hal itu sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang digaungkan Kemendikbudristek,” terang Susi.
Lebih dari itu, Susi berharap agar Ibu Penggerak terus dilibatkan Kemendikbudristek untuk bersama-sama mendorong orang tua agar berperan lebih aktif dalam pendidikan anak, sehingga peran trisentra pendidikan dapat tercapai.
Sebagaimana diketahui, Kemendikbudristek telah meluncurkan Kurikulum Merdeka pada Februari 2022 sebagai salah satu program Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan berfokus pada materi yang esensial. (kemendikbud/siedoo)