Siedoo.com - Workshop bertema ‘Produksi dan Pemanfaatan Media Sosial Pemerintah’. | Dok UNY
Daerah

Peran Besar Humas Dorong Transparansi dan Keterbukaan Informasi

BANDUNG – Kominfo menggelar Workshop Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional Pranata Humas di Gunung Lembang Bandung, Jawa Barat selama tiga hari. Workshop bertema ‘Produksi dan Pemanfaatan Media Sosial Pemerintah’ ini dibuka langsung Sekretaris Badan Litbang SDM Kominfo Haryati.

Wokshop diikuti 42 orang dari berbagai instansi seperti Kementerian Agama, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, BKKBN, BRIN, BPS dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu utusan dari perguruan tinggi.

Haryati mengatakan bahwa pranata humas yang pada masa sekarang ini sudah masuk era revolusi industri 4.0 mendapatkan tantangan yang lebih besar untuk dapat menjalankan tugasnya dengan lebih profesional untuk menyampaikan informasi dan komunikasi. Pranata humas dapat memanfaatkan media sosial dalam pekerjaannya karena tidak mengenal jarak dan waktu.

“Pada masa pandemi kita didorong untuk dapat memanfaatkan sarana komunikasi demi tetap berjalannya aktivitas informasi dan komunikasi,” katanya.

Harfizan Arnas, Pranata Humas Ahli Muda Direktorat Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo menjelaskan, perkembangan teknologi semakin terasa manfaatnya dengan meningkatnya kecepatan transmisi data antar perangkat.

Hal ini secara langsung berdampak kepada peningkatkan kualitas konten. Dengan demikian, tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan, pola dan gaya hidup masyarakat sehari-hari dalam berbagai aspek.

“Mendengar percakapan yang sedang terjadi di media online dan media sosial dapat membantu kita untuk memahami apa yang sedang terjadi di masyarakat. Dengan mendengar kita bisa memahami persepsi publik terhadap kita. Dengan mendengarkan kita dapat menentukan tujuan dan strategi public relations yang lebih tepat,” urainya.

Dalam digital public relations, mendengar dapat dilakukan secara real time dengan bantuan Tools Media Monitoring. Dengan melakukan media monitoring juga bisa merespon dengan cepat ketika akan terjadi krisis. Dalam hal ini humas pemerintah tidak dapat tinggal diam.

Baca Juga :  Rektor Untidar : Jangan Takut Melangkah dan Berinovasi

“Humas dituntut untuk menetapkan tujuan yang lebih terukur dan tidak terbatas pada output. Seperti jumlah postingan, jumlah followers/like, dan trending topik, tapi juga harus berorientasi kepada outcome sesuai dengan tujuan program/organisasi,” kata Harfizan.

Menurutnya humas memiliki peran besar dalam mendorong transparansi dan keterbukaan informasi publik. Humas pemerintah harus dapat menjelaskan program pemerintah dengan cara-cara yang menarik dan kekinian namun tetap dengan standar etika dan aturan yang berlaku.

Itu agar dapat memperoleh dukungan publik serta meningkatkan reputasi pemerintah dan diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku di kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik melalui kampanye-kampanye yang terencana.

Harfizan menyampaikan hal yang penting diantaranya Youtube adalah media sosial yang paling sering digunakan/dikunjungi baik di Indonesia maupun secara global. Sedangkan Facebook merupakan media sosial yang paling banyak digunakan generasi boomer 50 tahun ke atas.

Twitter lebih banyak digunakan oleh golongan pekerja, akademisi millenial umur 18-49 tahun, Instagram didominasi oleh golongan muda 13 – 29 tahun. Dan Tiktok merupakan media sosial yang sedang trending dihampir semua kalangan sampai umur 64 tahun, karena kontennya yang menghibur.

“Oleh karenanya untuk membangun media sosial perlu memantau pembicaraan terkait lembaga di media sosial. Pilih untuk aktif di platform tertentu sesuai sumberdaya, berbagi grafis/video/materi kreatif berbasis data dan fakta serta dibutuhkan video kreasi yang singkat untuk Instagram atau YouTube yang informatif,” bebernya.

Menurut Plt. Kepala Pusat Diklat Kominfo Isnaldi kegiatan digelar selama 3 hari dengan tujuan meningkatkan kompetensi pranata humas yang profesional dan bertanggungjawab. Wokshop diikuti oleh 42 orang dari berbagai instansi.

Pembicara lain dalam workshop ini adalah dosen Universitas Indonesia Devie Rahmawati yang menyampaikan bahwa kunci komunikasi di era digital adalah 5C. Yaitu credibility, content, context, channel dan contagious.

Sedangkan kunci untuk berkomunikasi dan dekat dengan netijen adalah memiliki perbedaan, gaya dan kontennya relevan dan menarik bagi kaum milenial, ber – value dan tujuan untuk masyarakat luas, jalin komunikasi bottom-up serta beri reward.

“Generasi milenial itu generasi yang cepat bosan,” paparnya.

Baca Juga :  Kemenristekdikti Uji Publik Peraturan Tentang Kehumasan

Oleh karenanya untuk membuat mereka tertarik pada konten, maka harus dibuatkan konten digital yang atraktif, visualnya menarik, ringan dan menghibur serta buatlah event keren dengan host populer dan promosi yang viral.

“Percayalah, mereka tidak akan segan posting di medsos pribadinya,” tandasnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?