Siedoo, Tingginya aksi kriminalitas mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa. Mereka berupaya ikut mencegah aksi kriminalitas klitih di daerah Yogyakarta.
Pencegahan kriminalitas juga telah dilakukan guru untuk mengurangi aksi klitih, diantaranya razia di sekolah atau komunitas pusat orang-orang ramai berkumpul, serta pembatasan jam operasional kegiatan bermasyarakat. Namun, beberapa solusi itu tidak terlalu terasa pengaruhnya terhadap reduksi klitih.
Maka dari itu, sekelompok mahasiswa menggagas upaya mereduksi aksi klitih oleh pelajar melalui implementasi program Sekolah Anti Klitih (SETITI) sebagai upaya melalui pelatihan pemberdayaan psikis dan perilaku yang diwadahi dalam SETITI mobile application.
Mereka adalah mahasiswa UNY Aziz Muzaki prodi pendidikan fisika, Hajidah Salsabila Allissa Fitri prodi pendidikan kimia, Annurdien Rasyid prodi pendidikan teknik informatika, Putri Milenia Gusdian prodi bimbingan dan konseling serta Maria Ameylia Trisna Murti prodi psikologi.
“Tim punya kegiatan yang bertujuan untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga khususnya pelajar dengan orangtuanya yang dinamakan Keluarga Guyub. Kegiatan ini terdiri dari pembuatan poster mimpi,” kata Maria Ameylia Trisna Murti.
Poster mimpi dilakukan oleh setiap pelajar yang mengikuti program SETITI dan didampingi oleh orangtuanya. Poster mimpi yang dibuat merupakan gambaran cita-cita dan goals yang ingin dicapai pelajar di masa mendatang dalam bentuk poster.
Di samping itu, orangtua akan memberi arahan kepada pelajar mengenai hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk mencapai mimpi sang pelajar. Pembuatan poster mimpi perlu didampingi oleh orangtua agar menciptakan rasa kepercayaan serta kerjasama dalam merealisasikan impian tersebut.
“Poster mimpi bertujuan agar pelajar memiliki tujuan hidup sehingga perjalanan hidup mereka yang masih sangat panjang dapat lebih terarah,” bebernya.
Untuk diketahui, terlepas dari julukan Kota Pendidikan, Yogyakarta memiliki persentase kriminalitas pelajar yang cukup tinggi. Salah satu kriminalitas yang dilakukan adalah klitih yang merupakan Bahasa Jawa dengan arti mencari kesibukan di saat senggang. Remaja yang seharusnya mengisi waktu luang dengan kegiatan pengembangan diri, justru memanfaatkan waktunya untuk berkeliling dengan sepeda motor dan senjata tajam.
Banyak hal yang mempengaruhi perilaku klitih diantaranya pola asuh orangtua, keluarga bermasalah, karakter individu, waktu senggang, dan hubungan dengan kelompok serta lingkungan. Berdasar keprihatinan akan hal itu sekelompok mahasiswa UNY berupaya mereduksi aksi klitih oleh pelajar melalui pelatihan pemberdayaan psikis dan perilaku.
Menurut Aziz Muzaki, mereka mereduksi aksi klitih oleh pelajar melalui implementasi program Sekolah Anti Klitih (SETITI) sebagai upaya melalui pelatihan pemberdayaan psikis dan perilaku yang diwadahi dalam SETITI mobile application.
“Sekolah sebagai mitra kegiatan ini juga mengharapkan adanya media sebagai wadah konseling agar Guru BK dan pelajar dapat berkomunikasi dari hati ke hati,” kata Aziz.
Hajidah Salsabila Allissa Fitri menambahkan, kelompoknya menggandeng MAN 3 Sleman sebagai sekolah mitra kerja dengan harapan para siswa dapat berperan aktif dalam program SETITI. Sehingga transfer ilmu yang diperoleh dari program tersebut dapat dipancarkan sehingga membawa pengaruh baik kepada pelajar lain.
“Dengan sinergi positif yang ada, diharapkan aksi klitih dapat tereduksi serta tercipta kader-kader penerus bangsa yang sadar akan perannya,” ungkap Hajidah.
Annurdien Rasyid menjelaskan mereka membuat modul SETITI yang diwadahi dalam mobile application sebagai media edukasi anti klitih. “Aplikasi dibuat untuk memudahkan sasaran menerima ilmu yang akan ditransfer yang memuat fitur akses modul, akses buku pedoman dan unggah video beserta poster,” katanya.
Pembangunan aplikasi dilakukan dalam 3 tahap. Yaitu pembuatan kerangka aplikasi, tahap pengembangan software, dan pengujian. Pembuatan kerangka aplikasi menggunakan Figma.
Pengembangan aplikasi menggunakan bahasa pemrograman Dart dengan framework Flutter. Selain menggunakan aplikasi mahasiswa prodi pendidikan teknik informatika tersebut juga menggunakan cara melalui sosialisasi, Focus Group Discussion serta pelatihan Softskills dan Hardskills.
Putri Milenia Gusdian menyebutkan, dalam Program Monitoring dan Pendampingan, siswa dapat berinteraksi secara santai atau bahkan melakukan konseling tentang hal-hal yang meninggalkan trauma bagi para pelajar. Kegiatan ini dinamakan sharing session dan merupakan salah satu langkah pendekatan Guru BK dengan pelajar.
“Sehingga tercipta hubungan yang baik antar pelajar dengan pihak sekolah,” urainya.
Karya ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2021. (*)