MAGELANG – Sampah menjadi persoalan yang tak kunjung selesai. Seperti yang terjadi di Dumpoh, Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah. Di wilayah Dumpoh memiliki jumlah penduduk 1.202 jiwa.
Adapun sampah yang dihasilkan warga di wilayah tersebut kurang lebih 0,7 kg per harinya. Maka dari itu, asumsinya dalam satu bulan sampah diproduksi dalam satu bulan sebesar 21 kg/orang.
Masyarakat pun mencoba mencarikan solusi terkait dengan pengelolaan sampah. Dari permasalahan tersebut maka solusi yang dapat diambil dengan cara pengolahan sampah di Dumpoh menjadi pupuk kompos.
Akademisi Universitas Negeri Tidar (Untidar) mencoba membantu persoalan masyarakat melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat. Ketua RT 09 RW 07 Dumpoh Subono menjelaskan, langkah-langkah sosialisasi ini meliputi dari koordinasi dengan RT/RW setempat serta berkoordinasi dengan pengelola sampah di Dumpoh.
“Cara mudah dalam membuat kompos meliputi beberapa langkah,” jelasnya.
Mengumpulkan sampah organic basah (sisa sayur dan buah) serta sampah organik kering (dedaunan dan rumput kering) kemudian dipotong menjadi ukuran kecil. Langkah berikutnya mencampurkan bahan organic yang sudah dipotong kecil-kecil dan kotoran kambing dengan perbandingan 3:1.
Menyiapkan 10 ml larutan bakteri EM4 (bisa dibeli di toko pertanian) atau larutan gula secukupnya. Memercikkan sampah organic yang sudah dicampur kotoran kambing dengan larutan EM4, lalu dicampur hingga merata sampai bahan menjadi basah.
Pupuk kompos yang sudah dicampur lalu dimasukkan kedalam bak penampungan atau karung. Proses fermentasi dari bahan hingga pupuk siap digunakan sekitar 2-3 bulan. Untuk mempercepat prosesnya bisa mencampur kembali bahan tersebut dengan percikan air setiap 2 minggu sekali.
“Setelah proses tersebut selesai, pupuk kompos siap digunakan,” jelas Sekar Jati Pamungkas, dosen Universitas Untidar Magelang yang terlibat dalam program pengabdian masyarakat tersebut. (Siedoo)