Siedoo.com - Perkuat budaya bangsa, dosen UIN Walisongo Semarang meneliti Batik Linggo. | Dok Teguh Wibowo
Daerah

Kajian Batik Linggo Kendal dari Sudut Ilmiah

KENDAL – Selama ini batik hanya dikaji dari sudut pandang seni, budaya dan ekonomi. Namun tidak banyak yang mengkaji dari aspek sains ilmiah.

Hal ini yang menjadi alasan Teguh Wibowo, Dosen Kimia Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah melakukan penelitian tentang Batik Linggo dari sudut pandang sains ilmiah. Setiap daerah mempunyai ciri khas batik masing-masing, salah satunya adalah Batik Linggo di Limbangan, Kendal.

Teguh menyampaikan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk memperkuat budaya bangsa. Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambah makna dari budaya bangsa, dalam hal ini Batik Linggo.

“Proses produksi Batik Linggo memuat banyak sekali kajian ilmiahnya, mulai dari pemilihan kain, pembuatan pewarna dari bahan alam sampai proses fiksasi. Sains tradisional (indigenous science) dari masyarakat perlu dikuatkan dengan sains ilmiah,” katanya.

Sejak ditetapkan UNESCO sebagai Indonesian Cultural Heritage, batik menjadi semakin menunjukkan eksistensinya sebagai identitas kultural Bangsa Indonesia. Batik hampir dipakai oleh semua kalangan di setiap saat.

“Penguatan dengan sains ilmiah inilah yang perlu diungkap dan tersampaikan ke masyarakat supaya semakin bangga dan ikut melestarikan batik. Ini juga sebagai peran dari perguruan tinggi. Khususnya UIN Walisongo Semarang, untuk melakukan revitalisasi kearifan lokal,” jelasnya.

Salah satu industri batik yang dikelola oleh Zachrony sejak 2007 mempunyai ciri khas di pewarnaan yang digunakan. Batik Linggo terinspirasi dari adanya peninggalan berupa reruntuhan candi yang ada di sekitar Desa Gonoharjo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal.

“Saya sangat senang jika ada pihak akademisi yang berkenan melakukan penelitian guna perkembangan Batik Linggo. Produksi ini juga diawali dari niatan untuk mengembangkan budaya, dan tentunya menggunakan bahan alam untuk menjaga lingkungan tetap sehat,” jelas pria yang sering disapa Pak Rony.

Baca Juga :  Gerakan Pramuka Dituntut Mampu Menyesuaikan Perkembangan Zaman

Hasil penelitian ini juga diseminasikan kepada mahasiswa dan guru kimia di Kendal melalui kegiatan workshop pembuatan Batik Linggo. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan dan praktek langsung mulai dari proses penyiapan kain, pewarnaan sampai fiksasi.

Pada kegiatan itu juga diberikan pengetahuan tentang karakteristik bahan yang digunakan berdasarkan sains ilmiah. Harapan dari kegiatan ini, selain mempunyai keterampilan membuat batik, mahasiswa juga memperoleh pengetahuan tentang manfaat kimia untuk pembangunan berkelanjutan.

Selain itu guru-guru kimia juga bisa menggunakan materi ini sebagai bahan untuk proses pembelajaran dengan pendekatan kearifan lokal (etnosains). (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?