GAZA – Serangan Israel yang brutal ke Gaza, Palestina mengakibatkan banyak fasilitas umum khususnya sarana pendidikan rusak. Seperti sekolah hancur yang termasuk perlengkapan sekolah anak-anak juga terdampak.
Sehingga Dompet Dhuafa bersama YBM BRI tergerak membantu meringankan penderitaan anak-anak di Gaza. Keduanya memotivasi anak-anak untuk terus belajar dengan memberikan bantuan berupa alat-alat sekolah.
“Dengan adanya bantuan ini anak-anak semangat kembali untuk bersekolah. Memberikan perlengkapan yang memadai untuk sekolah hingga terjalin rasa kepedulian dari masyarakat Indonesia terhadap kemanusiaan di Gaza,” kata Ust. Herman Budianto, General Manager Pendidikan dan Budaya Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa bersama YBM BRI membagikan 590 paket sekolah untuk para pelajar di Jalur Gaza, Palestina. Proses distribusi dibantu oleh mitra pelaksana Hayat Yolu dan Palestinian Welfare House.
Distribusi paket sekolah dilakukan bertepatan dengan pembukaan kembali sekitar 278 sekolah yang dikelola United National Relief and Work Agency (UNRWA). Diperkirakan sekitar 290 ribu pelajar Palestina akan kembali bersekolah, dengan tambahan 31 ribu pelajar baru yang akan bergabung dalam rombongan belajar tahun ini.
Menurut UNRWA, perbaikan gedung-gedung sekolah yang rusak akibat serangan Israel sedang dikerjakan. Sebagaimana diketahui, serangan brutal Militer Israel pada Mei lalu telah mengganggu aktivitas kegiatan belajar-mengajar bagi anak-anak Palestina yang berdiam di Gaza.
Serangan terhadap fasilitas sekolah sebenarnya tergolong kejahatan terhadap anak dan pelanggaran terhadap hukum humaniter Internasional. Tidak kurang dari 50 bangunan sekolah dilaporkan rusak berat akibat serangan bom Israel yang menyebabkan sedikitnya 41 ribu pelajar Palestina tidak bisa bersekolah.
Serangan brutal Israel juga turut membunuh anak-anak. Tercatat, 66 anak dari 256 warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel.
“Program ini untuk membantu sebagian anak yatim dan dhuafa di Gaza, Palestina yang semakin bertambah karena korban agresi penjajah Israel di Palestina,” tandasnya. (Siedoo)