Siedoo.com - Salah satu sesi kuis seputar kebudayaan tradisional di Indonesia yang diberikan kepada para peserta CommTECH 2021 - Summer Edition dari berbagai negara. | Dok ITS
Internasional

CommTECH, Upaya Kampus Selesaikan Masalah Lokal

SURABAYA – Beberapa negara di lingkup Asia mengikuti pagelaran internasional, Community and Technological Camp (CommTECH) oleh Direktorat Kemitraan Global (DKG) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tahun 2021. CommTECH versi daring memiliki dua kali lebih banyak sub courses, yakni ada empat materi pembelajaran.

Adapun sub courses yang akan dijelaskan dalam CommTECH 2021 secara garis besar meliputi materi keteknikan dan kebudayaan. Empat sub courses yang akan disampaikan adalah E (User Design Course), F (Risk Assessment in Lab and Industry), G (Ring of Fire: Wonderful Indonesia), dan H (How to Build an Autonomous Ship). Keempat sub courses tersebut diselenggarakan selama akhir Juli hingga awal September mendatang.

CommTECH – Summer Edition yang dibuka secara resmi, Senin (23/8/2022), kembali mengusung tema seputar penyelesaian masalah lokal di Indonesia dan negara peserta dengan wawasan global.

“CommTECH kali ini merupakan CommTECH ketiga yang diselenggarakan secara daring. Kali ini diikuti dari beberapa negara di lingkup Asia antara lain Jepang, Malaysia, Filipina, China dan Bangladesh,” kata Ahmad Zulfiqar Rahman Aji, Koordinator Program CommTECH 2021.

Diharapkan bahwa, budaya Indonesia bisa disebar dan diperkenalkan kepada pihak luar. Ia juga berharap agar CommTECH yang kali ini dihadiri oleh lebih dari 20 mahasiswa mancanegara tersebut bisa menambah wawasan, semangat, dan produktivitas di masa pandemi ini.

“Semoga dengan adanya CommTECH 2021 ini bisa memberikan implikasi yang positif bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengikutinya,” jelasnya.

Memang, merebaknya Covid-19 sebagai pandemi di dunia, termasuk Indonesia, tak menghalangi gelaran rutin ITS di tahun 2021 ini. Berbeda dengan CommTECH yang diselenggarakan secara luring, CommTECH versi daring memiliki dua kali lebih banyak sub courses, yakni ada empat materi pembelajaran.

Baca Juga :  Universitas Brawijaya Jalin Kerjasama Dengan University of Miyazaki Jepang

“Karena kami rasa lebih fleksibel, akhirnya kami memperbanyak jumlah materi atau course yang disampaikan,” imbuhnya.

Untuk materi keteknikan menggambarkan bidang ITS sebagai perguruan tinggi yang lebih banyak berkiprah dalam ranah teknologi. Sedangkan materi kebudayaan merepresentasikan budaya-budaya yang ada di Indonesia, tempat kampus ITS berada.

Zul menjelaskan bahwa pemaparan materi keteknikan dilakukan di dalam breakout room pada platform Zoom dengan jumlah partisipan yang lebih sedikit. Dengan demikian, proses pembelajaran bisa terlaksana dengan fokus dan efisien.

“Untuk pemaparan nonakademik, khususnya kebudayaan Indonesia akan dilakukan di ruang utama,” jelas pemuda asal Jakarta ini.

Mahasiswa Departemen Teknik Informatika ini menambahkan, materi keteknikan akan dijelaskan oleh dosen dan mahasiswa ITS yang berpengalaman. Kemudian terkait materi kebudayaan di Indonesia, DKG mengundang pihak-pihak eksternal dan internal ITS guna mengisi materi.

“Kami mengajak pihak-pihak eksternal dan internal untuk berbagi kebudayaan Indonesia dengan partisipan, seperti tarian tradisional, batik, dan lainnya,” urainya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?