Siedoo.com - Aktivitas Zetta dan keluarga sehari-hari. | Dok Sevima
Tokoh

Tingginya Semangat Belajar, Zetta Menembus Batas Impian untuk Kuliah

Siedoo, Memiliki semangat belajar yang tinggi, sampai akhirnya bisa menembus tembok pembatas. Seperti yang dialami Zetta Septian Nugroho Adhi, remaja asal Kota Semarang, Jawa Tengah. Kondisi ekonomi keluarga yang pas – pasan tidak menyurutkan niatnya untuk kuliah.

Ia mendapatkan Beasiswa SEMESTA yang digelar oleh SEVIMA, sebuah Komunitas Pendidikan Tinggi beranggotakan dosen dan civitas akademika se-Indonesia. Beasiswa ini akan memberi Zetta dan kawan-kawan hadiah uang tunai dan biaya pendidikan untuk berkuliah pada jurusan Teknik Informatika (IT) di perguruan tinggi ternama di Surabaya, Jawa Timur.

Nilai beasiswa total Rp 300 juta. Selain itu, Zetta akan mendapatkan kesempatan berkarya dengan gaji bulanan senilai minimal UMR Surabaya (Rp 4 jutaan), bersama SEVIMA. Meraih beasiswa ini, bermula dari hal tidak sengaja, ketika ia membuka – buka media sosial.

Ada selebaran informasi beasiswa kuliah dan langsung ia coba mendaftar. Berbekal kemampuan yang dimiliki, akhirnya ia bisa kuliah ke perguruan tinggi.

Secara ekonomi, bisa dikatakan tergolong keluarga yang pas – pasan. Biaya kuliah yang tinggi membuat Zetta yakin bahwa ia tak ingin membebani Joni Christiono, sang ayah, yang sehari-hari sebagai tukang las.

“Kita tahu sendiri pendapatan ayah tak menentu. Apalagi di masa Pandemi ini, penurunan penghasilan sangat terasa,” kata Zetta dalam Talkshow Pengumuman Beasiswa SEMESTA, Rabu (28/07/2021) pagi, yang dihadiri oleh CEO Komunitas SEVIMA Sugianto Halim MMT dan Walikota Semarang Hendrar Prihadi MM.

Awalnya, setelah lulus sekolah Zetta ingin langsung bekerja. Sehingga sebagai anak pertama bisa membantu keluarga. Namun kegigihannya untuk berkuliah tak pernah memadamkan semangat Zetta.

Mengikuti rangkaian seleksi Beasiswa SEMESTA, kemahirannya membuat prototipe Sistem Pendaftaran Vaksinasi dalam ujian pemrograman membuatnya diganjar sebagai satu dari lima peraih Beasiswa SEMESTA. Ia pun berharap, dengan mendapat beasiswa sarjana dan kesempatan kerja dari SEVIMA menjadi jalan jenjang karir di bidang IT.

“Dan semoga saya dapat menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu,” kata Zetta.

Kenal IT Berawal dari Hobi Main Game di Warnet

Siapa sangka, kecintaan Zetta di bidang IT dimulai dari hobi bermain game di warung internet (warnet). Dulunya, Zetta kerap kali lama tak pulang selepas sekolah. Karena ia tak langsung pulang ke rumah selepas lonceng pulang berbunyi. Melainkan bersama teman-temannya, kabur ke warnet.

Tidak jarang sampai larut malam pergi ke warnet. Game favoritnya adalah Point Blank, permainan tembak-tembakan online yang memang cukup terkenal pada tahun 2010 awal.

Keterbatasan ekonomi sebagai anak tukang las tak menghalanginya untuk pergi ke warnet. Setiap harinya Zetta rela tidak jajan di sekolah supaya bisa bayar di warnet Rp 3.000/jam.

Baca Juga :  Pesan Anies untuk Calon Mahasiswa Agar Lolos Kampus Negeri

“Bahkan untuk ke warnet, kami semua (Zetta dan kawan-kawan) jalan kaki. Selain berhemat, ini solidaritas. Tidak mungkin satu naik angkot, atau satu naik sepeda. Sedangkan teman lain ada yang jalan kaki,” kisah Zetta atas jiwa solidaritasnya yang telah terpupuk sejak dini.

Kecintaan bermain game di warnet kemudian membuatnya dia tertarik untuk belajar membuat game nya sendiri di komputer. Yang berarti, Zetta harus belajar seputar pemrograman agar bisa mencapai impian kanak-kanaknya tersebut. Akhirnya, dimulailah petualangan Zetta belajar pemrograman sejak belajar di SMK Negeri 8 Semarang.

“Dari bermain game ini saya mulai tertarik untuk menjadi developer, sebelumnya saya tidak tahu caranya menjadi seorang developer. Akhirnya saya cari-cari dan ternyata developer itu harus bisa pemrograman. Untuk itu saya sekolah di SMK dan banyak belajar tentang pemrograman,” terang putra sulung dari pasangan Joni Christiono dan Ester Yuliani ini.

Awal Mula Mengasah Kemampuan IT

Keahlian Zetta di bidang IT yang saat itu duduk di kelas 3 SMK, mulai diuji. Jasa sang ayah sebagai tukang las dan Ibu sebagai laundry, dipromosikannya secara online. Dengan cara mengunggah foto dan nomor HP kedua orang tuanya di media sosial dan Google Maps.

Tak disangka, jasa kedua orang tuanya langsung tambah laris dalam sekejap. Bahkan ada pemesanan yang masuk melalui email. Sebuah metode pemesanan yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

“Jadi kalau biasanya pesanan dari mulut ke mulut, ini sampai ada email yang masuk,” ungkapnya.

Untuk membantu keluarga, keahliannya di bidang IT juga digunakan untuk mengambil pekerjaan lepas di bidang teknologi. Misalnya membuat website sekolah, ataupun sayembara berhadiah tertentu.

“Hadiahnya lumayan, untuk keperluan sekolah, jadi saya bisa membantu keluarga,” terang Zetta.

Tabungan Belum Cukup untuk Kuliah

Walaupun sudah berpenghasilan dan mampu membantu dagangan orang tua lebih laris, biaya kuliah bukanlah angka yang sedikit. Sampai akhir kelas 3 SMK, ia pun sudah merasa tak punya harapan untuk berkuliah. Karena tabungannya yang ia rasa belum cukup jika harus membiayai kuliah sendiri.

“Kuliah itu kan harus merantau, harus bayar kuliah, tidak sedikit. Bayangan saya, lulus ya cari kerja dulu,” ungkap Zetta merefleksikan kegalauan tidak bisa kuliah seperti teman-temannya.

Rasa pesimis itu seakan sirna ketika suatu saat menemukan informasi tentang Beasiswa Semesta. Informasi inipun ia temukan secara tak sengaja, ketika rebahan dan tidak melakukan aktivitas apapun. Informasi Beasiswa Semesta ia temukan melalui media sosial Instagram.

Langsung saja Zetta mendaftar beasiswa ini. Segala berkas dilengkapi dengan segera dalam satu hari saja. Inilah semangat Zetta untuk meraih cita citanya.

Baca Juga :  Bondan, Rela Jualan Cabai Keliling untuk Ongkos Sekolah

“Meskipun saya sempat pesimis karena takut nggak bisa mendaftar, tapi ternyata kesempatan masih berpihak kepada saya. Yah, meskipun sangat mepet, saya pagi isi data, sore terima Surat Keterangan Lulus dari sekolah, hari itu juga deadline pendaftaran,” kenangnya.

Saat proses seleksi tersebut, dirinya sempat tak percaya diri. Ia mengalami kesulitan saat tahap tes Hackathon (perlombaan membuat aplikasi dalam waktu singkat – seperti Marathon tapi untuk pemrograman).

Aplikasi yang biasa dibuat dalam kurun waktu satu bulan, harus diringkas dalam hitungan jam. Zetta saat itu mencoba membuat aplikasi sistem pendaftaran vaksin berbasis website. Hasilnya pun menjanjikan, aplikasi sudah dapat beroperasi secara sederhana.

“Jadi dalam Hackaton, saya membuat aplikasi bernama COVGONE. Singkatan dari COVID GONE (COVID menghilanglah). Dengan aplikasi ini harapannya orang bisa daftar vaksin secara lebih mudah. Fasilitas kesehatan menerima pendaftar juga lebih mudah, dan ada info tentang rumah sakit rujukan COVID yang API (informasinya) selalu terupdate dan terhubung database Kemenkes,” kenang Zetta.

Kerja keras dan komitmennya untuk mencoba membantu penanganan Pandemi di Indonesia itu, membuahkan hasil. Zetta berhasil mendapatkan kesempatan beasiswa Semesta 2021.

“Biasanya saya mengerjakan pembuatan aplikasi seperti ini selama sebulan dan bisa lebih. Nah, saat kompetisi ini saya hanya melakukannya selama satu hari saja,” terangnya.

Ayahnya Sangat Mendukung

Joni Christiono, sang ayah yang sehari-hari sebagai tukang las sejak tahun 2005 dengan penghasilan yang didapat tidak menentu. Kadang mendapat penghasilan Rp 500 ribu sebulan, kadang juga lebih.

“Istilahnya tukang las panggilan mulut ke mulut. Jadi apapun besi yang bisa disambung, itu pekerjaan saya. Seperti bikin tralis, bikin pagar, pandai besi, dan lain – lain. Untuk kisaran penghasilan ngelas tidak menentu, kadang Rp 500 ribu sebulan, kadang lebih,” beber Joni sang Ayah.

Sedangkan Ester Yuliani, ibu Zetta, membuka jasa laundry kecil-kecilan di rumahnya. Tak jarang, Zetta sebagai anak sulung diminta bantuan tenaga oleh kedua orang tuanya untuk menyambung besi dan mencuci baju.

“Zetta tidak pernah menolak. Zetta pun selalu pandai mengatur waktu, kapan bermain game, kapan sekolah, kapan belajar, dan kapan membantu orang tua. Kami sebagai orang tua membantu Zetta dengan mengajak pada pekerjaan yang jaraknya dekat-dekat saja, agar tidak terlalu kelelahan,” lanjut Joni.

Pekerjaan tukang las dan laundry yang menghadirkan jasa bagi lingkungan sekitar, otomatis membuat keluarga Zetta menjadi salah satu keluarga yang terdampak perekonomiannya karena pandemi COVID-19. Usaha ayah dan ibunya mendadak sepi pelanggan di awal tahun 2020, ketika Pandemi COVID-19 dimulai.

Baca Juga :  Ulas Bakteri untuk Kemajuan Sains, Antarkan Enny Zulaika sebagai Guru Besar

“Karena Pandemi, perekonomian lesu, otomatis orang mengurangi renovasi rumah. Cuci yang dulunya laundry pun mungkin beberapa pelanggan kami akhirnya mencuci baju sendiri,” kenang Joni.

Hingga akhirnya, usaha mereka mulai ramai lagi ketika di on-line kan sama anaknya. Hal itu juga menjadi kesempatan Zetta untuk menerapkan keahliannya.

Sementara itu, saat proses pendaftaran beasiswa, Zetta penuh dengan semangat. Karena persiapan yang serba mendadak tersebut, Zetta mulanya belum sempat menyampaikan kepada orang tuanya tentang rencana berkuliah dan mencari beasiswa.

Joni mengaku terkejut ketika Zetta langsung saja minta izin kepada kedua orang tuanya untuk berkuliah. Karena telah mendapat beasiswa sekaligus gaji untuk biaya hidup di perantauan.

“Zetta tidak bilang waktu daftar beasiswa, baru bilang (kepada orang tua) waktu juara. Karena tidak ingin saya kepikiran tentang kuliah dan biayanya. Jadi, kesempatan itu hanya ada satu kali, saya mendukung penuh anak saya untuk bisa berkuliah. Yang penting bisa menjaga diri dan hati-hati dalam berproses, karena Surabaya itu jauh,” jelas Joni sang ayah sembari bersyukur.

Prestasi yang diraih Zetta menarik perhatian orang nomor satu di Kota Semarang. Walikota Semarang Hendrar Prihadi MM yang hadir seiring salah satu warganya berhasil menyabet Beasiswa SEMESTA, menjelaskan bahwa sudah saatnya bagi Semarang dan Indonesia untuk tidak hanya menjadi penonton saja dalam perkembangan teknologi komputer.

Dengan semakin bertumbuhnya industri teknologi informasi ke depan, alih – alih sebagai user semata, talenta-talenta hebat dari Indonesia harus terlibat dan memenangkan kompetisi di industri IT.

Sementara itu, CEO SEVIMA Sugianto Halim MMT mengungkapkan, Zetta adalah satu dari lima anak yang memperoleh anugerah Beasiswa SEMESTA. Seluruh anak tersebut akan diberikan kesempatan berkuliah di Surabaya, Jawa Timur dengan biaya pendidikan untuk Zetta dan setiap anak lainnya, masing-masing senilai Rp 55 juta.

Selain berkuliah, mereka juga akan memperoleh kontrak kerja di bidang IT dan gaji bulanan. Dengan harapan para peraih Beasiswa SEMESTA, akan lulus kuliah dengan skillset yang lengkap baik secara teori maupun praktek di industri IT.

Beasiswa SEMESTA ini sudah kali ketiga digelar oleh SEVIMA. Diluncurkan kembali pada Mei 2021 lalu bersama Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Gubernur Jawa Timur. Beasiswa ini menjadi cara SEVIMA untuk membuka jalan bagi talenta-talenta terbaik Indonesia untuk meraih masa depan yang cerah di bidang IT.

“Dengan total hadiah berupa uang tunai dan biaya pendidikan senilai tiga ratus juta rupiah,” jelasnya. (*)

Apa Tanggapan Anda ?