TANGERANG – Disaster Management Center Dompet Dhuafa (DMC DD) meluncurkan sebuah alat Disaster Virtual Reality Simulation di Markas DMC DD bertepatan dengan Peresmian Crisis Center Cekal Corona Dompet Dhuafa. Disaster Virtual Reality Simulation merupakan media edukasi kebencanaan yang memadukan antara kecanggihan tekhnologi VR dalam upaya mitigasi bencana untuk menghasilkan pengalaman yang real dalam mitigasi bencana.
“VR ini diluncurkan sebagai bagian dari ikhtiar DMC dalam penyiapan Edukasi Kesiapsiagaan Bencana pasca Pandemi Covid-19 berakhir,” kata Haryo Mojopahit, Kepala Disaster Management Center Dompet Dhuafa.
Dengan adanya alat VR ini tentu akan mempermudah tim dalam memberikan edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat. Khususnya dalam penyiapan edukasi kesiapsiagaan bencana pasca pandemi covid-19 berakhir. Melalui VR ini masyarakat bisa merasakan bagaimana menjadi seorang rescuer nantinya.
“Rencananya kedepan kita akan membuat program pelatihan mitigasi bencana dengan alat VR ini dengan sasaran anak-anak sekolah, karyawan, dan masyarakat umum,” ungkap Haryo.
Untuk diketahui, kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Adanya teknologi mempermudah masyarakat melakukan sebuah pekerjaan termasuk dalam hal kebencanaan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sering terdampak bencana, baik itu banjir, gempa bumi, longsor dan bencana-bencana lainnya. Akibat dari sebuah bencana tentu banyak kerugian yang dirasakan. Maka dari itu perlu adanya upaya yang dilakukan dalam mengurangi resiko bencana atau mitigasi bencana.
Disaster Management Center Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang bergerak dalam pengelolaan kebencanaan tidak hanya merespon cepat suatu kejadian bencana. Tapi juga terus berupaya untuk menjadi bagian dalam mengurangi resiko terjadinya bencana dengan melaksanakan berbagai program.
Terdapat beberapa fungsi Disaster Virtual Reality Simulation. Diantaranya dapat dijadikan sebagai media edukasi yang nantinya digunakan untuk simulasi (pelatihan) bagi karyawan maupun calon relawan dan khalayak umum dalam melihat dan merasakan kondisi bencana secara mendekati nyata.
Selain itu, pengalaman yang didapatkan oleh pengguna akan dirasakan seperti di dunia nyata (real world) melalui dunia maya (virtual) buatan. Pengalaman yang didapatkan pengguna bukan hanya dari indra penglihatan dan pendengaran saja. Melainkan dari indra yang lain.
Dengan begitu, pengguna akan merasa seolah-olah benar berada dalam kejadian nyata, karena peristiwanya dapat disimulasikan secara persis ke dalam lingkungan maya. Disaster Virtual Reality Simulation ini memilki banyak kelebihan karena dapat digunakan diberbagai tempat maupun kalangan baik di perkantoran, sekolah, maupun di masyarakat umum. (Siedoo)