Siedoo.com - Kampus ikut mengembangkan pariwisata di Kota Yogyakarta.
Inovasi

Kampus Turut Andil Kembangkan Monalisa, Pariwisata Sepeda di Yogyakarta

YOGYAKARTA – Tidak hanya lembaga eksekutif, perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga ikut andil memikirkan kemajuan kotanya. Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW bekerja sama dengan Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) menggelar webinar Jogja Tourism Update #2 bertema “Mengayuh Pariwisata Kota Yogyakarta dengan Bersepeda bersama Monalisa” melalui platform zoom meeting.

Monalisa merupakan singkatan dari Menikmati Harmoni Jogja dengan Lima Jalur Sepeda Wisata. Hal ini diharapkan mampu menjadi pemantik industri pariwisata Kota Yogyakarta sebagai sebuah inovasi dan layanan baru bagi wisatawan sepeda.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko, M.M. berharap dengan adanya ‘Monalisa’ dapat meningkatkan angka kunjungan wisata dan lama tinggal wisatawan. Sekaligus tingkat belanja sehingga kesejahteraan masyarakat Yogyakarta dapat meningkat.

Menurut dia, kegiatan ini merupakan batu pijakan untuk meningkatkan performance. Wisatawan diajak untuk berolahraga sambil diajak kulineran melihat Kota Yogyakarta lewat tempat-tempat yang berbeda di kampung-kampung.

“Harapannya dapat memberikan kontribusi dan pemulihan pariwisata bagi kota Yogyakarta,“ ujarnya.

Ketua BP2KY Aldi Fadhlil Dianto menyampaikan bahwa ‘Monalisa’ menjadi sebuah ikon yang unik. Dimana peserta bisa menikmati olahraga yang ringan sekaligus memperkenalkan budaya atau potensi kultur yang sekarang terlupakan oleh anak muda.

Harapannya Monalisa ini menjadi sebuah ikon baru dan menjadi lifestyle masyarakat Yogyakarta dan menjadi trigger berkembangnya pariwisata Kota Yogyakarta.

“Kita harus tetap semangat walaupun ada pandemi dengan memunculkan inovasi, ide-ide kreatif, dan motivasi untuk membangun pariwisata kembali,” ujarnya.

Sementara itu, narasumber yang memberikan materi dalam acara ini adalah Deddy Pranowo Eryono – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Dr. -Ing., Wiyatiningsih, M.T. – Dosen Magister Arsitektur FAD UKDW sekaligus Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM), dan Agus Budianto – Ketua Kampung Wisata Purbayan & Sie Humas HPI Kota Yogyakarta.

Baca Juga :  E - Trash, Solusi Masalah Sampah Disaat Pandemi

Pada kesempatan tersebut Deddy Pranowo menyebutkan jalur sepeda wisata dalam ‘Monalisa’ meliputi lima kategori. Yakni romansa kota lawas, tilik jeron beteng, jajah kampung susur sungai, jelajah harmoni pesona kampung, serta taman pintar dan taman budaya.

Diungkapkan bahwa, Kota Yogyakarta mempunyai kelebihan yakni nilai budaya, banyak obyek wisata yang merupakan peninggalan bersejarah. Ini bisa diangkat sebagai salah satu keunikan dalam jalur bersepeda.

“Kita harus aktif mempromosikan dan tahu jalur Monalisa yang dikehendaki oleh wisatawan dengan menonjolkan nilai budaya khas Kota Yogyakarta. Serta adanya multiplier effect yang saling mendukung antarpihak yakni restoran, hotel, penyewaan sepeda,” urainya.

Selanjutnya Dr. -Ing., Wiyatiningsih, M.T. mengevaluasi jalur-jalur Monalisa lewat materi “Mengenal Identitas Ruang Kota Yogyakarta Melalui Rute Wisata Sepeda” yang merupakan hasil kajian tim peneliti kerjasama UKDW dengan BAPPEDA Kota Yogyakarta.

Ia melihat wisata sepeda merupakan potensi yang bagus untuk mengenalkan Kota Yogyakarta. Namun rute gowes Kota Yogyakarta belum dikenal secara luas sebagai identitas ruang Kota Yogyakarta.

“Padahal berpotensi untuk meningkatkan kegiatan pariwisata dan perekonomian perkampungan pada rute tersebut,” terangnya.

Sementara itu Agus Budianto menyebutkan cycling tour sebetulnya sudah lama diterapkan di Indonesia. Namun umumnya lebih ke obyek wisata seperti candi dan jalur-jalur pemandangan alam yang eksotis.

Disampaikan bahwa, wisatawan yang datang ke Yogyakarta lebih banyak pergi untuk menikmati wisata alam dan kurang mengeksplorasi Kota Yogyakarta itu sendiri.

“Lewat Monalisa ini banyak sekali potensi yang bisa ditawarkan seperti kuliner, cagar budaya, upacara tradisional, kesenian tradisional, kerajinan tangan, bahkan aktivitas warga setempat bisa menjadi daya tarik,” tandasnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?