BUKITTINGGI – Untuk membuat sebuah cinderamata diawali dengan tahap eksplorasi, perencanaan dan pelaksanaan. Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan karya souvenir adalah tahap eksplorasi dan menuangkan gagasan.
“Pada tahap ini, seorang kreator harus jeli melihat peluang. Ia mesti pandai menemukan potensi-potensi yang ada di sekitarnya untuk dijadikan sebagai ide dalam membuat souvenir,” kata Wahyono, M.Sn dalam workshop kerajinan replika memorabilia ke-Bung Hatta-an di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Dosen Pendidikan Kriya Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menyampaikan saat Workshop di Ruang Seminar UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi. Acara diikuti sejumlah peserta diantaranya pengrajin kayu non-meubel, komunitas literasi dan masyarakat umum.
Ia menyampaikan, tahap eksplorasi maupun penuangan gagasan ini dapat dilakukan dengan membuat sketsa maupun draf awal yang sifatnya masih kasar dan memungkinkan untuk melakukan daur ulang dan tambal sulam. Sketsa adalah suatu gambar atau corat-coretan yang sifatnya masih kasar atau belum selesai guna mengawali sebuah penggarapan karya kriya, lukisan, arsitektur, animasi, dan lainnya.
Dijelaskan bahwa, souvenir atau cinderamata sebagai barang kerajinan yang bernilai kenangan merupakan benda yang seringkali ditemui pada daerah tertentu, terutama tempat wisata. Souvenir terkadang dibeli lebih karena unsur kenangan daripada keindahannya.
“Namun demikian, membuat souvenir secara asal-asalan sangatlah tidak disarankan,” jelasnya.
Dengan demikian, proses pembuatan souvenir wajib melalui proses eksplorasi, perancangan dan perwujudan yang tepat supaya keberadaan souvenir mampu memberikan manfaat yang maksimal. Baik bagi pengrajin maupun daerah selaku pengelola tempat wisata.
Menciptakan souvenir berupa barang-barang kerajinan tangan (handy crafts) membutuhkan keterampilan dan kreativitas yang luar biasa. Kemampuan inilah yang akan merubah benda-benda yang tidak berharga menjadi produk-produk kerajinan tangan yang menarik, hingga diminati banyak orang, terutama wisatawan.
Menurutnya sketsa merupakan sebuah gambar pendahuluan atau pra rancang yang masih kasar, ringan, sifatnya sementara, serta masih dimungkinkan untuk dibuat ulang bahkan juga dibuang. Ia melanjutkan dengan tahap perencanaan yang merupakan tahapan visualisasi ide dan gagasan dalam bentuk sketsa yang masih bersifat kasar dan umum ke dalam bentuk visual dua dimensi.
“Tahapan ini juga dikatakan sebagai tahapan desain dimana pada tahap ini kita harus menggambar ide dalam bentuk tampilan yang bisa dipahami oleh orang lain,” urainya.
Pada tahap ini yang dilakukan adalah buat gambar tampak depan, samping, dan atas kemudian buat detail ornamen dari karya souvenir tersebut jika ada. Lalu buat gambar perspektif berwarna agar semua orang bisa membayangkan bentuk jadi dari karya. Jika memungkinkan buat satu produk prototype untuk dijadikan acuan dalam pembuatan karya dalam jumlah banyak.
Tahap terakhir dari itu semua adalah perwujudan karya yang merupakan tahapan lanjut dari proses desain dimana desain diwujudkan menjadi nyata. Rancangan yang ada bisa dilanjutkan pada proses produksi guna mewujudkan ide dan gagasan menjadi karya nyata.
Wahyono mengemukakan, sesederhana apapun sebuah karya souvenir, jika dilakukan dengan tahapan yang terencana dan matang akan mampu menghasilkan sebuah karya yang memberi manfaat kepada semua pihak.
“Karya tersebut diharapkan akan memberikan dampak positif, baik bagi peningkatan ekonomi maupun kesejahteraan sosial bagi warga masyarakat di sekitar lokasi wisata,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Nur Karim, M.Hum kegiatan ini untuk membekali peserta supaya menguasai teknik kerajinan replika memorabilia ke-Bung Hatta-an khususnya yang terbuat dari bahan kayu. “Selain itu juga untuk memberikan ilmu tentang teknik kerajinan dalam bentuk replika memorabilia ke-Bung Hatta-an yang punya nilai komersil,” katanya.
Para peserta workshop diwajibkan membuat karya dengan orientasi untuk menggugah pemuda, lebih diutamakan tentang memorabilia Bung Hatta dan lebih luas memahami kekayaan potensi yang ada di Sumatera Barat. (Siedoo)