Siedoo.com - Tampilan fitur edukasi bagi para petani garam pada aplikasi Garamin, karya tim mahasiswa ITS.
Inovasi

Program Swasembada Garam dari Mahasiswa melalui Garamin

Siedoo, Terdapat beberapa alasan dalam fokus utama untuk menghidupkan koperasi distribusi produksi petani garam. Salah satunya adalah untuk memperpendek rantai distribusi garam yang diproduksi oleh petani garam.

Sehingga keuntungan yang diterima petani garam meningkat. Para petani tidak perlu khawatir jika datang masa sulit, karena keuntungan telah dikelola oleh koperasi.

Alasan itu yang menjadi dasar tujuan para mahasiswa mengembangkan aplikasi e-koperasi petani garam yang diberi nama Garamin. Tim mahasiswa berharap, aplikasi buatannya dapat membantu aktivitas pertanian garam di Indonesia dan juga menaikkan taraf ekonomi mereka dengan berbasis koperasi.

Ide kreatif ini dikembangkan oleh tiga mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS, yakni Barhan Akmal Falahudin, Abd Wahid, dan Nur Muhammad Ainul Yaqin. Gagasan ini berakar dari keresahan yang dihadapi agar dapat menfasilitasi para petani garam mengatasi kesulitan dalam hal distribusi.

“Tujuan fasilitasi ini dimaksudkan agar pemerintah dapat melakukan swasembada garam melalui produk garam lokal,” ungkap Barhan Akmal Falahudin yang kerap disapa Akmal.

Untuk diketahui, Indonesia memiliki potensi yang berkaitan dengan posisinya sebagai negara kedua dengan garis pantai terpanjang di dunia. Namun pada sektor produksi garam laut, justru terdapat beberapa masalah produktivitas yang harus dihadapi. Mencarikan solusi bagi para petani garam, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan suatu aplikasi e-koperasi petani garam yang diberi nama Garamin.

Sebagai ketua tim, Akmal mengatakan, aplikasi tersebut memiliki beberapa fitur unggul. Antara lain manajemen koperasi, notifikasi mengenai iuran dan pengumuman kepada petani garam, hingga fitur edukasi untuk meningkatkan proses produksi garam. Desain aplikasi mudah dipahami dan berukuran kecil, sehingga lancar digunakan oleh para pengguna,ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, proses pengembangan aplikasi berlangsung selama sembilan hari, dimulai dengan riset terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di bidang maritim dan penentuan ide. Proses dilanjutkan dengan desain UI/UX, API Specification, hingga finalisasi aplikasi.

Baca Juga :  ITS dan NTUST Taiwan Berkolaborasi, Harus Menjadi Bagian dari Solusi

“Sebagai mahasiswa semester dua, salah satu kesulitan yang kami hadapi adalah cara untuk menyusun aplikasi secara matang,” jelasnya.

Terkait implementasinya, Akmal menyebutkan terdapat dua user sasaran, yaitu pengurus dan anggota koperasi. Pengurus dapat menambahkan pemasukan dan pengeluaran, memberikan pengumuman dan notifikasi pembayaran iuran pada anggota, serta mengunggah materi edukasi.

Di sisi anggota, mereka dapat memantau keuangan koperasi, mendapatkan pengumuman dan edukasi, serta notifikasi pembayaran iuran. Meninjau beberapa aspek, karya ini telah berhasil mendapat gelar juara tiga pada Hackathon Maritim 2021oleh Dinas Pembinaan Potensi Maritim Angkatan Laut (Dispotmaral) TNI AL, beberapa waktu lalu.

Kompetisi tersebut juga tercatat dalam Rekor MURI sebagai hackathonpertama yang diselenggarakan di atas kapal perang di Indonesia. Kedepan, evaluasi terhadap beberapa fitur akan terus dilakukan dan dikembangkan, guna memberikan layanan terbaik bagi para petani garam. Ke depannya, tak hanya di lingkup maritim.

“Aplikasi serupa diharapkan dapat dikembangkan pula pada lingkungan pertanian dan perikanan,” jelas mahasiswa angkatan 2020 ini. (*)

Apa Tanggapan Anda ?