Siedoo, Kartini adalah pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita. Berkat jasanya itu kita semua, wanita Indonesia, memiliki kedudukan yang setara dengan pria dalam berbagai bidang. Tidak ada diskriminasi antara wanita dan pria dalam berkiprah di panggung profesi maupun politik.
Wanita memiliki hak yang sama untuk menyuarakan pendapat, mendapat hak untuk berpendidikan tinggi, dan mengejar kesuksesan karier. Namun, dibalik emansipasi tersebut wanita tetaplah wanita yang sudah digariskan menjadi seorang wanita.
Wanita yang menjadi istri suaminya dan wanita yang menjadi ibu dari anak-anaknya. Wanita yang menyandang gelar sebagai istri dari suaminya, maka wajib menjalankan perannya sebagai seorang istri, tanpa dalih emansipasi.
Wanita yang menyandang gelar sebagai seorang ibu, maka wajib pula menjalankan peran dan tugasnya menjadi seorang ibu bagaimanapun keadaannya. Demikian halnya dengan wanita yang menyandang tiga peran sekaligus : menjadi istri, ibu, dan wanita karier yang tetap harus menjalankan tugas dan kewajibannya.
Pandemi yang melanda ibu pertiwi menambah peran dari seorang wanita, baik yang menjadi ibu rumah tangga maupun menjadi wanita pekerja. Seorang wanita yang menjadi ibu rumah tangga, meskipun lebih banyak beraktivitas di rumah tetap harus menjaga kesehatan keluarganya.
Bahkan tugasnya semakin banyak untuk menjaga kesehatan suami dan anak-anaknya agar tidak tertular virus Covid-19. Menjadi tugas seorang ibu untuk selalu mengingatkan memakai masker, mencuci tangan, hingga membersihkan pakaian dan seisi rumah agar steril dari virus dan bakteri.
Ibu juga harus menyiapkan makanan yang bergizi agar imunitas keluarganya kuat dan tetap sehat. Wanita pekerja pun selain menjalankan tugasnya menjaga kesehatan keluarganya, dia juga harus menjaga dirinya selama bekerja, baik ketika di luar rumah maupun yang bekerja dari rumah.
Ibu harus menjadi wanita yang tangguh dan tidak boleh lengah sedikitpun untuk menjaga keluarganya. Jika seorang ibu jatuh sakit maka seisi rumah pun ikut terjangkit.
Oleh karena itu, peran dan tugas menjadi seorang ibu bukanlah perkara mudah. Hanya ibu tangguh-lah yang mampu menjalankan peran dan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Selain menjalankan peran dan tugasnya seorang ibu kerap berjuang dan berkorban demi keluarganya. Seorang ibu yang menjadi wanita pekerja tidak lain untuk berjuang membantu ekonomi keluarganya. Begitupun wanita yang menjadi ibu rumah tangga yang rela mengorbankan keegoisannya demi keluarga.
Hampir 24 jam dia mendedikasikan dirinya untuk keluarga tercintanya. Berbicara perjuangan dan pengorbanan seorang ibu tiada habisnya maka Rasulullah bersabda “Hormatilah ibumu, ibumu, dan ibumu.”
Jelas bahwa kedudukan seorang ibu sangat mulia, maka hormati dan hargailah wanita sebagai ibu dan Kartini sejati. Menjadi Kartini tangguh pada masa pandemi ini adalah bentuk perjuangan wanita menyelamatkan bangsa. (*)
*Meilan Arsanti, M. Pd
Dosen Prodi PBSI, FKIP, Unissula, Semarang, Jawa Tengah