Siedoo.com - Ketua Tim MAPS-19 ITS Surabaya, Yohanes Hadi Saputra saat menunjukkan desain Jembatan Mulawarman buatan timnya. (foto: Humas ITS)
Inovasi

Mahasiswa ITS Desain “Jembatan Mulawarman” di Ibu Kota Baru

SURABAYA – Inovasi membanggakan kembali dihasilkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kali ini, tiga mahasiswa asal Departemen Teknik Sipil dan Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS berhasil merancang desain jembatan penghubung. Rencananya untuk diimplementasikan di ibu kota baru yang ada di Kalimantan Timur.

Ketiga mahasiswa tersebut tergabung dalam Tim MAPS-19. Tim bekerja sesuai pembagian tugas, yaitu Yohanes Hadi Saputra mengerjakan perhitungan struktur dan desain 3D, Christian Bagaskara bertugas menyusun laporan dan edit video. Sedangkan Arlo Al Rezza merancang desain 2D. Dengan cara itu, mereka berhasil menyelesaikan karyanya dalam waktu satu bulan.

Ketua Tim, Yohanes Hadi Saputra, menjelaskan bahwa inovasi rancangan jembatan yang dinamai “Jembatan Mulawarman” ini berangkat dari isu pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan pembangunan infrastruktur, salah satunya adalah jembatan sebagai penghubung antartempat. Namun, jembatan yang ada saat ini masih terlihat sederhana dan seadanya.

“Makanya diperlukan desain jembatan yang modern dan futuristik untuk mendukung ibu kota baru nanti,” terang Yohanes, Selasa (22/12/2020).

Desain “Jembatan Mulawarman”, karya mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS. (foto: Humas ITS)

Sambung Yohanes, jembatan rancangannya ini berbeda dengan jembatan pada umumnya. Ia menjelaskan bahwa rancangan jembatan miliknya menambahkan gelagar memanjang yang digunakan untuk memusatkan gaya menuju titik buhul (titik simpul).

“Efeknya adalah defleksi pada jembatan menjadi kecil,” terangnya.

Selain itu, Yohanes mengungkapkan, jembatan rancangan timnya juga mengaplikasikan struktur jembatan menggunakan pelat tipe orthotropic. Pelat tipe ini dalam dunia konstruksi Indonesia jarang digunakan, sebab pelat tipe orthotropic terbuat dari material baja yang memiliki kekakuan berbeda dengan tipe lainnya.

“Sehingga rusuk pada pelat tersebut dapat mendistribusikan beban terhadap gelagar memanjang dengan maksimal. Fungsinya untuk mempermudah proses konstruksi dan memperingan struktur jembatan di keadaan sebenarnya nanti,” papar Yohanes.

Baca Juga :  Mahasiswa Madura Banggakan Indonesia di Kancah Matematika Dunia

Menurut Yohanes, jembatan rancangan tim MAPS-19 ini telah berhasil memiliki keefisienan struktur jembatan yang lebih baik. Mereka berhasil mendesain jembatan dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan tipe pembebanan jembatan yang tepat yakni lebih kecil dari jarak antar axle kendaraan.

“Sehingga kekuatan jembatan yang kami rancang kami rasa lebih kuat dibanding dengan jembatan yang ada saat ini,” klaimnya.

Tak hanya itu, pada jembatan buatan timnya ini, Yohanes menuturkan bahwa timnya menyertakan juga alat penerang bertenaga energi terbarukan. Penerangan bertenaga energi terbarukan pada jembatan ini direncanakan menggunakan lampu yang memanfaatkan energi dari solar panel.

Kerja keras tim bimbingan Dr. Candra Irawan, S.T., M.T. tersebut berhasil menyabet juara pertama pada kompetisi Dynamic Load Bridge Competition (DLBC) yang diselenggarakan oleh ITS, beberapa waktu lalu. Mereka berhasil menjadi yang terbaik dalam perencanaan prototype jembatan dengan menggunakan bahan kayu pada pembebanan jembatan dengan menggunakan beban berjalan. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?