Siedoo.com - Tampilan Desain Website V-Eco garapan mahasiswa PWK ITS. (foto: Humas ITS)
Inovasi

Mahasiswa ITS Gagas Wisata Virtual Berbasis Website di Kala Pandemi

SURABAYA. Di masa pandemi Covid-19 ini masyarakat masih takut untuk berwisata, meski telah memasuki kehidupan normal baru (new normal). Sebagai tindak lanjut permasalahan tersebut, tim mahasiswa dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang suatu inovasi. Berupa wisata virtual yang diberi nama V-Eco.

Mereka adalah Aliya Ulil Faddila, Sukma Dyah Aini, dan Selvi Aini Mutiara Fadillah. Ketiganya memulai perancangan V-Eco dikarenakan keresahannya terhadap kunjungan wisata yang mulai sepi di masa pandemi. Apalagi pariwisata yang berbasis Area Model Konservasi dan Edukasi (AMKE).

“Sehingga kami mencoba membuat wisata menjadi lebih aman di saat pandemi dengan konsep virtual ini,” tutur ketua tim, Aliya Ulil Faddila, Jumat (18/12/2020).

Aliya Ulil Faddila selaku ketua tim saat menunjukkan V-Eco rancangannya timnya. (foto: Humas ITS)

Ulil menjelaskan, V-Eco hadir sebagai solusi untuk berbagai permasalahan pariwisata pada saat pandemi di Indonesia. Sebelumnya, Ulil dan tim telah melakukan riset ke salah satu wisata AMKE yakni di Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, Malang. “Setelah itu, dilakukan perencanaan pengembangan V-Eco di desa-desa tertinggal yang memiliki tempat wisata di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Mahasiswi asal Jombang ini menerangkan, Oro-Oro Ombo merupakan salah satu Das Hulu yang berperan penting bagi masyarakat. Sebagai upaya konservasi dan edukasi masyarakat tani yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan di daerah Panderman yang mendirikan wisata edukasi herbal.

Banyak warga masyarakat yang terlibat dan bergantung pada wisata AMKE ini. Sehingga lewat V-Eco ini dapat memberikan dampak multiplier effect bagi masyarakat sekitar. V-Eco sendiri, menurut Ulil, dirancang dalam bentuk website yang memiliki video virtual dengan fokusan tiga dimensi (3D).

Nantinya para pengunjung dapat mengakses website-nya dan memilih perjalanan ke mana. Selanjutnya para pengunjung akan diajak berkeliling di tempat wisata tersebut melalui video tiga dimensi (3D).

Baca Juga :  Program Swasembada Garam dari Mahasiswa melalui Garamin

“Nantinya pengunjung dapat mengetahui apa saja yang ada di wisata tersebut mulai dari isi wisata hingga apa yang dijual di sana,” ungkapnya.

Sukam Dyah dan Selvi Aini, angota Tim. (foto: Humas ITS)

Ulil menambahkan, V-Eco ini juga dilengkapi fitur favorit yang berfungsi untuk menyimpan perjalanan pengunjung yang disukai. Sehingga video virtual bisa dinikmati dan diputar kapan saja berulang-ulang kali, selain itu pengunjung juga bisa menambah wawasan wisata. Sekaligus dapat membeli produk-produk unggulan yang dijual dalam wisata tersebut lewat website V-Eco.

“Kami buat dalam bentuk website agar user friendly dan tidak perlu repot mengunduh aplikasi yang terkadang menghabiskan memori,” imbuhnya.

Berkat inovasi tersebut, tim ini pun telah berhasil memperoleh Juara 1 dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Gemintang 2020. Lomba tersebut digelar oleh Himpunan Mahasiswa PWK Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, akhir November lalu. Sebagai salah satu delegasi dari ITS, tim ini dibimbing oleh dosen Departemen PWK, Putu Gde Ariastita, S.T., M.T. dalam pengembangan inovasinya.

Meski begitu, Ulil mengaku sempat mengalami beberapa kendala, seperti saat pengerjaan proposal yang harus terhambat karena keterbatasan komunikasi.

“Meskipun sudah ada app conference yang dapat digunakan, perbedaan lokasi tempat tinggal antar anggota tim menyebabkan sinyal tidak stabil. Serta menghambat koordinasi sesama tim maupun proses pengambilan data melalui wawancara online,” bebernya.

Ke depan, Ulil menargetkan untuk dapat mengembangkan V-Eco ke generasi muda sekarang agar potensi pariwisata di Indonesia terus berkembang. Ulil berharap V-Eco dapat memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat di sekitar wisata tersebut berupa peningkatan pendapatan. Sehingga tempat wisata yang berbasis AMKE seperti di Desa Oro-Oro Ombo ini dapat menjadi wisata yang resilient.

“Di samping itu, kami juga ingin konsep ini dapat diimplementasikan oleh pengelola melalui kerja sama dengan stakeholder terkait,” pungkasnya. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?