SURABAYA – Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar International Seminar on Photonic, Optics, and Its Application (ISPhoA) 2020. Dihelat selama dua hari mulai Selasa (1/12/2020), seminar ini mengangkat berbagai topik mulai dari Teknologi Fiber Optic Laser Beam Shaping hingga Material Soft-Matter untuk Konversi Energi Surya.
Ketua ISPhOA 2020, Agus Muhamad Hatta ST MSi PhD mengatakan, seminar ini merupakan rangkaian seminar ilmiah dua tahunan setelah sebelumnya pada 2014, 2016, dan 2018. Forum ilmiah ini didedikasikan sebagai wadah diskusi serta berbagi keahlian yang ideal. Selain itu, forum ini juga diharapkan menjadi jembatan jaringan antara perguruan tinggi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri RI, industri, serta pemerintah.
“Tujuan utama kami (panitia ISPhOA 2020, red) adalah mendorong transfer penelitian agar dapat diaplikasikan untuk seluruh wilayah Indonesia,” tutur dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini.
Mengamini Agus, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menjelaskan, seminar ini juga merupakan program untuk meningkatkan keterikatan ITS dengan dunia internasional. Sebab, peringkat 751 versi QS World University Rankings (WUR), serta peringkat 1.000 versi Times Higher Education (THE) WUR yang dicapai ITS kini, masih terus diupayakan untuk ditingkatkan.
“Dengan adanya ikatan internasional, permasalahan dalam hal optik dan fotonik dapat terselesaikan, serta mudah untuk mempercepat pembangunan yang berkelanjutan,” ungkap guru besar yang akrab disapa Ashari ini.
Melengkapi keterangan Ashari, Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur Dr H Emil Elestianto Dardak BBus MSc yang didapuk sebagai salah satu pembicara kunci menuturkan, teknologi berbasis cahaya saat ini merupakan elemen yang berperan besar dalam kehidupan manusia. Mulai dari kesehatan, diagnosa penyakit, manufakur, media hiburan, energi hingga keamanan nasional, semua tidak terlepas dari teknologi ini.
“Teknologi ini memberi banyak solusi serta terbukti meningkatkan kualitas hidup manusia,” tuturnya.
Emil mencontohkan, dalam hal kesehatan, dengan teknologi ini pasien dapat berkonsultasi dengan dokter tanpa harus bertatap muka (telemedicine). Terlebih, kekhawatiran untuk mengunjungi rumah sakit akibat adanya Corona Virus Desease-19 (Covid-19) membuat teknologi ini semakin bermanfaat.
“Melalui forum ilmiah ini nantinya akan dibahas lebih dalam bagaimana peran dan cara kerja optik dan fotonik dalam bidang-bidang lainnya,” tambahnya.
Untuk aplikasi dari teknologi ini, Emil mengungkapkan bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang sangat direkomendasikan untuk menjadi penerima. Sebab, provinsi ini memiliki populasi penduduk mencapai 40 juta jiwa, serta merupakan wilayah dengan tingkat ekonomi tertinggi kedua di Indonesia.
“Dengan demikian, Jawa Timur akan mampu memberikan respon yang baik untuk penggunaan teknologi-teknologi baru,” jelasnya.
Selain menjadi pasar, lanjut Emil, respon-respon lain yang dapat diberikan Jawa Timur yakni seperti adanya diskusi mengenai cara untuk menjual teknologi, cara untuk memasukkan ke dalam industri manufaktur, serta pandangan-pandangan lain untuk pengembangan teknologi ini.
“Adanya generasi muda yang sangat mudah beradaptasi dengan teknologi menjadi salah satu faktor di antaranya,” tutupnya. (Siedoo)