SURABAYA – Berlangsungnya pembelajaran secara daring bagi para pelajar akibat pandemi Covid-19 saat ini tentunya banyak menemui kendala. Berangkat dari hal tersebut, tim mahasiswa dari Departemen Statistika, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas ide berupa Online School Assistant. Asisten sekolah itu berupa Komunitas Pemuda Peduli Sekolah Daring (PAPER).
Gagasan ide ini dicetuskan oleh tim mahasiswa ITS yang beranggotakan Zulfani Alfasanah, Dede Yusuf P. Kuntaritas, dan Andrea Ernest. Online School Assistant berhasil meraih juara III di ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Online Tingkat Nasional Universitas Brawijaya (LKTIM-OTN UB) 2020.
Ketua tim Zulfani Alfasanah mengungkapkan, selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung di rumah. Tak sedikit siswa-siswi yang mengeluhkan tugas yang diberikan lebih banyak daripada sekolah offline (luring). Penyediaan sarana dan prasarana juga kurang memadai. Khususnya internet dan gawai pintar bagi beberapa siswa, belum lagi kendala jaringan internet di daerah-daerah tertentu.
Ketika para murid kesusahan dalam belajar, orang tua juga mempunyai keluhan yaitu kurang cakap dalam mengoperasikan perangkat gadget (gawai) untuk membantu anaknya belajar. Menilik problematika itu, ia bersama kedua kawannya membentuk Komunitas PAPER yang bekerja sama dengan beberapa pihak.
“Kerja sama ini untuk melaksanakan dua program kerja. Yakni rumah daring (online) dan Online School Assistant Based on Application,” jelas mahasiswi yang akrab disapa Fani ini.
Lanjut Fani, program rumah daring itu adalah sebuah sekolah tampung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang akan memfasilitasi dan menyediakan sarana pendukung sekolah daring seperti gawai dan WiFi.
“Selain itu, kami juga membuat Online School Assistant Based on Application yang dapat membantu siswa dalam mengontrol dan memantau perkembangan tugas mereka ketika di rumah,” paparnya.
Dede Yusuf P. Kuntaritas menceritakan, karya yang dilombakan pada kategori Politik dan Sosial Humaniora ini mempunyai tujuan untuk mendukung kebijakan online school dari pemerintah. Yaitu dengan meminimalisir dan memberi penyelesaian masalah yang dialami oleh para pelajar.
Yusuf mengaku bahwa ide itu tercetus karena di rumah saja selama pandemi membuat timnya kurang produktif dan tidak melakukan apa-apa. Karena itu, ketika ada info terkait lomba ini, ia dan kawan-kawannya mulai tergerak menyatukan ide-idenya hingga menjadi gagasan yang bisa dilombakan.
“Didukung juga dengan tema yang sangat sesuai dengan situasi saat ini, kami berharap gagasan ini bermanfaat jika dapat diimplementasikan,” tutur Yusuf.
Ia menambahkan, timnya yang dibimbing oleh Dr. Dra. Kartika Fithriasari, M.Si ini juga menemui banyak kendala. Karena proyek ini dikerjakan secara daring, kendala yang dihadapi yaitu susahnya dalam mencari buku dan referensi seperti tesis dan sejenisnya.
“Selain itu, presentasi dan diskusi yang dilakukan secara online terkadang terdapat beberapa gangguan. Baik yang disebabkan oleh jaringan internet serta perbedaan waktu tiap tim yang berbeda,” paparnya.
Partner Fani lainnya, Andrea Ernest melanjutkan, untuk membuat karya ini mereka mendiskusikannya via platform online dan media sosial yang ada. Lalu untuk pengerjaannya dibagi tugas tiap bagian untuk dikerjakan oleh masing-masing anggota tim. Setelah tiap anggota selesai mengerjakan bagiannya, anggota lainnya akan saling mengoreksi dan juga memperbaiki tiap bagiannya.
“Setelah itu, untuk presentasinya kami lakukan online tidak langsung, berupa rekaman video dan dinilai oleh dewan juri setelahnya,” ucap mahasiswi berkacamata ini.
Dengan adanya gagasan komunitas yang rencananya tersebar di seluruh Indonesia ini. Harapannya dapat direalisasikan dan dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyukseskan proyek tersebut.
“Kami yakin dengan ide berupa Komunitas PAPER ini dapat diimplementasikan pada masa pandemi sekarang,” pungkas Andrea optimistis. (Siedoo)