Siedoo, Pendidikan adalah pilar peradaban bangsa. Semakin maju pendidikan suatu bangsa akan mencerminkan peradaban bangsa tersebut. Pendidikan dapat berupa sekolah formal di sekolah atau kampus, ilmu di pesantren dan pendidikan informal di dalam kehidupan sehari-hari hasil dari interaksi sosial di lingkungan dan masyarakat.
Sejak dunia dan Indonesia diserang yang konon katanya wabah virus Corona, semua sendi kehidupan menjadi terdampak dan kacau balau termasuk dunia pendidikan di Indonesia.
Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dari pusat sampai daerah untuk menanggulangi penyebaran virus Corona tersebut. Mulai dari stategi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai dengan penutupan masjid, sekolah-sekolah, perkantoran, pasar, tempat wisata dan tempat hiburan.
Dari sisi ikhtiar untuk upaya melindungi rakyat dari wabah Corona kita hargai kebijakan tersebut. Walaupun kalau dinilai, banyak sekali tumpang tindih aturan dan kacau balau kebijakan yang terjadi. Dana penanggulangan virus Corona yang ratusan triliun rupiah pun digelontorkan “katanya”. Meskipun sampai saat ini saya pribadi tidak bisa menghitung dan membayangkan dana itu lari ke mana saja.
Sekarang di era yang dikatakan New Normal masih banyak menyimpan masalah. Terutama di dunia pendidikan baik dari sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Sekolah online atau daring (dalam jaringan) masih diberlakukan di tengah-tengah pasar yang sudah penuh sesak orang berkerumun, mall yang tetap beroperasi. Juga obyek wisata yang mulai dibuka dan dikunjungi serta tempat hiburan lainnya yang sudah tampak menggeliat.
Terus pertanyannya, kapan sekolah-sekolah akan dibuka?
Sekolah online atau daring sudah mulai dikeluhkan oleh wali murid seluruh Indonesia. Mereka sudah mulai mengeluh mulai dari teknis susahnya pembelajaran, kerepotan mendampingi anak dan kewajiban mencari nafkah. Belum lagi kebutuhan handphone yang kadang satu keluarga cuma memiliki satu buah. Serta kuota data internet yang cepat habis sementara bersamaan dengan beras di rumah yang juga habis.
Dari sisi kesehatan, juga ada yang mengeluhkan bahwa anak-anak saat ini berada di depan laptop atau handphone lebih lama. Yang tentunya dikhawatirkan bisa mengakibatkan iritasi bahkan kebutaan dini. Ketengangan saraf serta kecapekan fisik terutama bagian tengkuk juga melanda.
Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terhormat, apakah ini solusi yang paling tepat?
Mewakili rasa serta aspirasi wali murid seluruh Indonesia, kami berharap segera dibuka sekolah-sekolah dan kampus-kampus yang ada. Biar anak-anak kita bertemu dengan kawan kawan serta guru-gurunya. Kalau memang butuh protokol kesehatan, lakukanlah!
Karena akan lebih mudah mengatur protokol kesehatan untuk siswa di sekolah daripada di pasar yang sudah sedemikian ramainya tanpa protokol kesehatan yang jelas. Jangan sampai anak-anak kita menjadi ‘Abnormal’ di era New Normal. Abnormal secara psikologi, sosiologi serta ekologi. “Dari desa untuk Indonesia, dari desa untuk dunia”. (*)
Anang Imamuddin
Aktivis Pergerakan dan Pengamat Pendidikan
Tinggal di Magelang, Jawa Tengah