BOGOR – Tahun ini peringatan Hari Bidan Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Juni, memiliki kesan berbeda, sebab bertepatan saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Sejak awal kemunculannya, tenaga medis seperti Dokter, Perawat, Bidan, Analis Kesehatan, dan sejawatnya telah menjadi garda terdepan berjuang untuk kesehatan masyarakat Indonesia. Kehadiran mereka merupakan faktor penting bagi masyarakat untuk bisa bertahan di dunia yang lebih ceria dan sehat. Terlebih saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Tepat 69 tahun silam sejumlah bidan yang berprofesi di Ibu Kota menyelenggarakan konferensi bidan untuk pertama kalinya. Kemudian tercetus untuk membentuk organisasi profesi yang beranggotakan para bidan yang dinamakan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Organisasi tersebut dibentuk berdasarkan landasan yang kuat dan arah yang benar. Guna menuju lebih baik dengan berbentuk kesatuan, bersifat nasional, berazaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar (UUD) 1945.
Koordinator Bidan di RS Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, Inda Dahlia memaparkan tema peringatan. Pada usia ke-69 ini diangkat tema “Saatnya Bidan dan Perempuan Bersatu, Bergerak Bersama untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak menuju Indonesia Maju”. Dengan adanya Hari Bidan Nasional yang ke-69 diharapkan tergugahnya semua stakeholder yang terkait untuk mendukung harapan peran bidan.
“Senyum dari tiap proses kelahiran merupakan kebahagiaan kami,” ucap Inda Dahlia.
Inda Dahlia mengatakan, kehadiran tenaga medis sangat penting untuk mencapai target kesehatan universal. Mulai dari menurunkan angka kematian ibu dan bayi, penyakit infeksi, penyakit tidak menular, penyakit kesehatan jiwa, hingga pelayanan yang tulus kepada masyarakat.
Profesi Bidan bukan merupakan seorang bidadari melainkan hanya manusia biasa yang terus berjuang demi sebuah kehidupan baru dan senyuman manis dari tiap proses medis. Namun Bidan merupakan profesi yang mulia. Tidak hanya memberikan kemudahan dalam proses pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, namun pelayanan yang diberikan bisa dirasakan oleh kaum dhuafa di Rumah Sehat Terpadu.
Hingga wabah Covid-19 berkembang menjadi pandemi, tenaga medis tetap setia melayani sepenuh hati, meski harus mengorbankan jiwa dan raga. Banyaknya kasus yang harus ditangani menjadikan kolaborasi kemanusiaan sebagai sebuah harmoni yang indah. Dalam penanganan kepada pasien, rasa kemanusiaan menjadi yang terdepan dan tentunya tanpa melirik latar agama dan status sosial.
“Pergerakan yang dilakukan Dompet Dhuafa tidak sendiri. Melainkan bersama-sama dengan berbagai dinas kesehatan yang menjadi gerbang untuk melakukan penanganan secara medis,” pungkas Inda. (Siedoo)