MAGELANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang, Jawa Tengah mengadakan pembinaan sanggar dan workshop seni budaya di Hotel Oxalis. Kegiatan selama dua hari tersebut, Minggu – Senin (26 – 27/1/2020), diikuti 100 peserta yang terdiri dari pelatih-pelatih sanggar tari dan sekolah se-kota yang ada ekstra tarinya.
“Workshop semacam ini memang sudah semestinya dilakukan. Tujuannya agar nanti bisa memperoleh pertunjukan yang indah untuk ditonton, enak dinikmati, bernuansa pendidikan, menampilkan pitutur maupun tuntunan yang baik dan dan berguna bagi kepribadian bangsa,” kata Kepala Disdikbud Kota Magelang, Drs. Agus Sujito.
Kegiatan ini merupakan salah satu amanat dari wali kota dalam memajukan seni budaya Kota Magelang. Berbagai langkah yang sudah dilakukan diantaranya menyelenggarakan berbagai event atau pentas seni budaya, memfasilitasi upacara adat dan tradisi, lomba seni, seminar, dialog budaya, duta seni dan festival.
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Magelang, Sugeng priyadi S.E menyampaikan, ada agenda Moncer Serius pada 25 – 27 Juni 2020. Di dalamnya ada kegiatan Pesona Sendra Tari. Pada acara pembukaan akan ditampilkan Tari Kolosal Kuntulan. Harapannya diikuti seluruh elemen masyarakat.
“Pada 17 Januari 2020 mengadakan rapat Tari Kuntulan yang kemudian dilanjutkan kegiatan workshop ini. Harapannya, materi dalam workshop sebagian juga bisa dikaitkan dengan tari tersebut,” kata Sugeng.
Setelah workshop akan dilanjutkan dengan proses pembentukan atau pembuatan Tari Kuntulan yang akan resmi dipakai, sebagai dasar patokan bagi pengembangan tari-tari terkait selanjutnya.
“Tari Kuntulan diharapkan akan menjadi branding yang secara continue harus ditampilkan dan dilestarikan,” tandasnya.
Kasi Kesenian Disdikbud Kota Magelang, Agus Hartanto, S.Pd mengatakan, materi yang diberikan kepada peserta berupa teori dan praktek. Tari Kuntulan akan lebih dikompakkan lagi dan kedepannya untuk menjadikan seni yang lebih berkompeten.
“Dari narasumber memberikan penyegaran untuk lebih bisa menjadi berkreasi dan ciri khas Kota Magelang. Kita sediakan sertifikat untuk peserta, rata-rata pesertanya dari pelatih sanggar, akademisi atau guru dari SD sampai SMP yang dibawah binaan Disdikbud Kota Magelang,” kata Agus.
Ditambahkannya, usai kegiatan, peserta diharapkan mampu untuk mernularkan ilmunya ke sanggar atau sekolah. Pada kesempatan ini menghadirkan tiga pemateri dari ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta. Di antaranya, Hadawiyah Endah Utami, S.Kar., M.Sn, Dr. Srihadi, S.Kar., M.Hum dan Lumbini Tri Hasto, S.Sn. Budayawan sepuh senior Kota Magelang, Alit Maryono juga hadir menambah kualitas bobot kegiatan.
Salah satu pemateri dari ISI Surakarta Dr. Srihadi, S.Kar., M.Hum memberi memaparkan, dirinya diundang oleh pihak panitia, khusus membicarakan konsep garap sendra tari kolosal dan manajemen pertunjukannya.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam sendra tari kolosal. Yang paling esensi adalah metode penciptaannya sendiri. Artinya harus menyiapkan konsep garap sesuai dengan yang diinginkan.
“Kemudian di dalam mewujudkannya, kita perlu membuat metode atau langkah – langkah penciptaannya. Secara keseluruhan dari pelaksanaan pengumpulan data sampai dengan pembentukan, merupakan proses panjang yang harus disiapkan koreografer dan didukung komponen yang terlibat di dalamnya,” urainya.
Sebuah kinerja penciptaan sendra tari kolosal adalah bagaimana meramu dan mengemas sebuah pertunjukan yang disajikan secara kolosal atau dilakukan banyak pendukung dan besar – besaran.
“Pesan saya kepada generasi muda, kuasai teknologi untuk mengembangkan potensi kekayaan dari daerah masing-masing. Apapun itu teknologi harus dikuasai, untuk mengangkat seni budaya dan kearifan lokal daerah. Ini kewajiban generasi untuk membangun seni budaya dan kedepannya bisa membentuk sikap pribadi karakter bangsa,” ujarnya. (Siedoo)