YOGYAKARTA – Pada dasarnya pembelajaran matematika bukan pembelajaran yang membosankan. Diperlukan metode khusus agar anak bisa menyukai matematika. Selama ini dalam pelajaran berhitung, guru sudah menggunakan media angka yang ditempelkan di dinding. Namun, hasilnya belum terlalu efektif.
Selain itu, beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Untuk itu perlu adanya suatu media yang diharapkan akan mudah dipelajari dan dipahami siswa.
Mahasiswa PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggagas permainan puzzle sebagai upaya menunjang keterampilan berhitung. Mereka adalah Indah Kartika Islammi, Ulfa Harila Putri Shabrin, Amalia Putri Hapsari dan Mugi Purnama.
Menurut Indah, media puzzle dipilih karena mengingat siswa kelas 1 masih dalam tahap peralihan dari TK sehingga diperlukan media pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu puzzle juga dapat melatih anak untuk berkonsentrasi dan berfikir.
“Dengan media berupa puzzle, harapannya siswa akan tertarik dengan permainan itu. Sehingga mereka tidak terlalu sadar bahwa sembari bermain mereka juga telah mempelajari sesuatu,” kata Indah.
Ulfa menambahkan, selama ini pembelajaran berhitung atau matematika masih menjadi sesuatu yang menakutkan di kalangan anak-anak terutama kelas 1. Selain itu, anak-anak kelas 1 juga masih memiliki kemampuan membaca yang kurang optimal karena pada saat di taman kanak-kanak belum boleh diajarkan calistung.
“Kegiatan pembelajaran matematika menggunakan puzzle ini kami laksanakan di kelas 1 B SDN 1 Petir Yogyakarta” papar Ulfa.
Menurut Amalia, mengembangkan media dengan konsep enactik atau membelajarkan matematika dengan bantuan gambar. “Konsep ini digunakan dengan mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan siswa kelas 1,” katanya.
Isi puzzle tersebut adalah angka 1-10 yang disertai gambar bola untuk memudahkan menghitung. Gambar bola diambil dengan pertimbangan menyesuaikan dengan tema yang ada. Selain itu disediakan alternatif jawaban dengan menghadirkan angka 1-20 beserta kata matematikanya (satu, dua, tiga, dan seterusnya).
Pembuatan media ini melibatkan saran dari berbagai pihak seperti dosen pembimbing dan guru. Produk awalnya didesain sesuai dengan tema yang diajarkan. Dilanjutkan dengan mendesain latar belakang, desain puzzle dengan menggunakan corel draw X7.
Pembuatan puzzle ini memperhatikan karakteristik media visual seperti pemilihan warna, komposisi, dan proporsi. Dalam mendesain peneliti juga memperhatikan karakteristik siswa. Kemudian tahap produksi dimulai dengan mencetak desain puzzle menggunakan kertas sticker vynil.
Setelah itu memasangkan sticker pada karton yang telah dipotong-potong sesuai dengan desain yang dibuat. Tahapan ini cukup memakan waktu lama karena dibutuhkan ketelitian, kejelian, dan kesabaran dalam pemotongan. Terakhir, dilakukan finishing dengan memotong bagian yang tidak tertutupi oleh sticker.
Mugi Purnama memaparkan, setelah diujicobakan pada siswa kelas 1 B di SDN 1 Petir siswa tertarik menggunakan media puzzle yang sudah disiapkan oleh tim.
Selain itu, materi matematika yang dimuat sudah sesuai dengan pembelajaran siswa, sehingga ketika siswa mempelajari materi angka menggunakan media puzzle dapat terbantu.
“Siswa tidak merasa kesulitan bagaimana menggunakan media tersebut. Karya ini berhasil meraih dana penelitian mahasiswa dari Fakultas Ilmu Pendidikan,” tandasnya. (Siedoo)