Siedoo, Sampah plastik memang menjadi masalah nasional yang perlu mendapat penanganan secara bersama-sama. Sampah plastik mengakibatkan kerusakan ekologi yang serius. Sehingga mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama penghasil sampah plastik, yaitu manusia.
Keprihatinan akan maraknya sampah plastik mengusik hati Aeshnina Azzahra (12) siswi SMPN 12 Gresik, Jawa Timur. Kepeduliannya terhadap lingkungan mendorongnya melakukan observasi di berbagai wilayah di daerahnya. Seperti di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya hingga ke tempat pengumpulan sampah plastik di Desa Bangun Mojokerto dan Desa Tropodo Sidoarjo.
“Saya begitu sedih saat mengetahui kota saya menjadi tempat pembuangan sampah plastik dari negara maju,” ucap Nina dilansir kompas.com (21/1/2020)
Aktif Kampaye Peduli Lingkungan
Mula-mula gadis remaja yang akrab dipanggil Nina ini sering diajak kedua orang tuanya untuk membersihkan sampah di lingkungannya, seperti membersihkan sampah plastik di sungai, lama-lama menjadi kebiasaan. Nina juga aktif kampanye peduli lingkungan, mengadakan pameran daur ulang sampah, serta observasi ke lapangan tentang sampah plastik, termasuk banyaknya sampah plastik impor.
Dilansir dari beritajatim.com (23/1/2020), Nina pernah melakukan observasi di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Ternyata di sana Nina menemukan banyak tumpukan sampah impor.
“Seperti sampah plastik, botol, sepatu bahkan plat nomor kendaraan asal luar negeri juga ada,” ungkap Nina.
Kondisi tersebut membuktikan bahwa daratan Indonesia mulai menjadi tempat sampah raksasa bagi negara-negara maju. Sehingga, hal itu membuat Nina semakin bersemangat untuk memerangi pencemaran sampah.
Surati Pemimpin Negara Asing
Dalam observasinya, dilansir ngopibareng.id, gadis asal Kecamatan Wringinanom, Gresik ini sempat berbicara dengan petugas Inspeksi Cargo Bea dan Cukai, pemulung sampah dan produsen tahu. Hasil observasi dibuat menjadi sebuah diagram.
Perjuangan Nina tidak sampai di situ, putri dari pasangan Prigi Arisandi dan Daru Rini itu bertekad menemui para duta besar nagara asing di Jakarta. Ternyata setelah mendapat restu dari Kepala Dispendik Gresik, Mahin, Nina bertolak ke Jakarta.
Pada Selasa (21/1/2020) Nina menyerahkan surat kepada Perdana Menteri Australia Scott Morrison, melalui Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Suratnya berisi permintaan agar ekspor limbah plastik ke wilayah tempat tinggalnya dihentikan.
Kemudian Nina bertemu Duta Besar Jerman Dr. Peter Schoof, di Kedutaan Besar Jerman di Jalan MH Thamrin, Jakarta. Saat bertemu dengan Peter Schoof, Nina berbicara tentang sampah plastik impor melalui diagram yang dibuatnya.
Dalam pertemuan tersebut Nina juga memberi surat kepada Kanselir Jerman Angela Merkel dan memperlihatkan kartu identitas seorang wanita Jerman dan kemasan minuman asal Jerman yang ia temukan diantara tumpukan sampah di Desa Bangun.
Duta Besar Jerman berjanji akan mengirimkan surat tersebut ke Berlin pada hari yang sama dan akan berusaha keras agar Nina mendapatkan tanggapan langsung dari Kanselir Jerman. Nina juga berencana mengirim surat ke beberapa negara lainnya. Mengingat sampah plastik yang banyak ditemukan di sekitar tempat tinggalnya mempunyai merek yang berasal dari Kanada, Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara maju lain. (*)