JAKARTA –Kini sudah ada layanan Sikoper (Sistem Integrasi Koleksi Perpustakaan) yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sikoper merupakan layanan yang dikembangkan Perpustakaan Kemendikbud berupa kemudahan mengakses seluruh koleksi perpustakaan dan bahan publikasi yang tersebar di seluruh unit utama dan satuan kerja di lingkungan Kemendikbud.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM), Ade Erlangga Masdiana, menyatakan, melalui Sikoper, seluruh koleksi tersebut terintegrasi dengan baik dan dapat diakses degan mudah oleh seluruh pemustaka.
“Melalui sikoper, pemustaka di seluruh Indonesia dapat memeroleh informasi mengenai koleksi perpustakaan Kemendikbud,” ujar Ade.
Peluncurannya dilakukan Sekrataris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi di Ruang Perpustakaan Dikbud, Gedung A, Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2019).
Ade menambahkan, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memungkinkan pengintegrasian koleksi perpustakaan Kemendikbud yang jumlahnya lebih dari ratusan ribu koleksi.
Di dalam Sikoper terdiri atas kolaborasi koleksi perpustakaan, mulai dari koleksi perpustakaan tercetak yang terhimpun dalam katalog induk perpustakaan Kemendikbud dengan menggunakan sistem otomasi perpustakaan Slims (Senayan Library Management System). Koleksi dalam bentuk digital yang dikelola 120 satuan kerja di dalam Repositori Institusi Kemendikbud, dan koleksi ribuan artikel di dalam 46 jurnal ilmiah terbitan Kemendikbud yang dikelola menggunakan Open Journal System (OJS).
“Dengan layanan ini tentu dapat memudahkan bagi mereka yang ingin melakukan riset di bidang pendidikan, kebudayaan, bahasa, atau arkeologi, karena semua jurnal yang diterbitkan Kemendikbud dapat ditemukan di Perpustakaan Kemendikbud,” tutur Ade Erlangga.
Lebih lanjut Ade Erlangga mengungkapkan bahwa perpustakaan masa depan bisa jadi berbeda dari perpustakaan saat ini. Masyarakat akan dimudahkan untuk berselancar buku hanya dengan memanfaatkan gawai yang dimiliki. Pola masyarakat dalam mencari koleksi perpustakaan juga sudah mulai dipermudah dengan hanya memasukkan kata kunci yang diinginkan.
“Dulu modelnya masih manual, belum ada koding-koding atau semacamnya yang memudahkan dalam pencarian koleksi perpustakaan yang diinginkan. Saat ini pencairan dapat dilakukan dengan sangat mudah,” katanya.
Fungsi perpustakaan, tambah Ade Erlangga, juga berkembang. Bukan saja sebagai tempat mencari dan membaca buku yang diinginkan, tetapi juga sebagai tempat hiburan, diskusi, bahkan bisnis.
“Keberadaan perpustakaan juga saat ini tidak melulu di perkantoran, tetapi di tempat publik lainnya, seperti rumah makan, stasiun, bandara, dan tempat-tempat lainnya,” imbuhnya. (Siedoo)