BANDUNG – Peran kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Jawa Barat dalam mitigasi dan pengurangan risiko bencana, untuk membangun budaya tangguh bencana. Seperti diketahui, negara Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, tetapi juga memiliki potensi akan sumber-sumber ancaman berbagai bencana.
“Mengingat negara yang kita cintai terletak di wilayah yang kaya akan sumber daya alam namun juga rawan terhadap ancaman bencana alam. Maka sangat dibutuhkan keterlibatan semua elemen pemangku kepentingan dalam mengisi gap dalam upaya pengurangan risiko bencana yang ada,” kata Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA.
Ia menyampaikan itu saat ITB menyelenggarakan Sidang Terbuka Wisuda Ketiga ITB Tahun Akademik 2018/2019 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga). Pada sidang terbuka tersebut, Rektor ITB mewisuda sebanyak 1.760 wisudawan dari Program Sarjana, Magister, dan Doktor.
Wisuda dilaksanakan tiga sesi selama dua hari, yaitu 19 dan 20 Juli 2019 dengan jumlah wisudawan Program Sarjana sebanyak 1.148 orang, wisudawan Program Magister sebanyak 575 orang, dan wisudawan Program Doktor sebanyak 37 orang.
Untuk Program Sarjana FITB, FSRD, FTMD, FTSL, SAPPK, dan SITH, prosesi wisuda diselenggarakan pada Jumat 19 Juli, dan selanjutnya di hari kedua, Sabtu, 20 Juli 2019 akan dilaksanakan dua sesi wisuda. Sesi pagi adalah wisuda bagi Program Sarjana FMIPA, FTTM, FTI, SBM, SF, dan STEI. Sedangkan sesi siang diadakan bagi program Magister dan Doktor seluruh Fakultas/Sekolah.
Rektor menjelaskan bahwa, berbagai kejadian bencana yang melanda Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi ITB sebagai pijakan dalam menyusun kebijakan dan arah penelitian. ITB telah merancang advanced technology untuk dapat menyelesaikan tantangan.
“Antara lain dengan menetapkan infrastruktur, mitigasi bencana, dan kewilayah menjadi salah satu fokus dan agenda riset,” jelasnya.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan ITB antara lain berupa identifikasi, analisis dan pemetaan bahaya geologi (gempa bumi, tanah longsor, gunung berapi, dan tsunami) dan bahaya hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, angin ribut, peningkatan tinggi permukaan laut).
Selanjutnya juga dilakukan penelitian yang bersifat hard science sampai dengan kajian-kajian soft science berupa kajian kerentanan dan risiko, kajian kerusakan/pemetaan. Serta, perumusan rencana tindak mitigasi risiko bencana yang lebih bersifat praktis dan mudah diimplementasikan.
“Penelitian-penelitian tersebut dilaksanakan oleh laboratorium dan pusat-pusat penelitian yang ada di ITB dengan misi mempercepat kemampuan ITB dalam menghasilkan karya-karya riset yang unggul,” kata Rektor.
Pada kali ini, ITB juga mewisuda sebanyak 21 mahasiswa internasional dari berbagai program studi dan berasal dari 15 negara. Yaitu, Cambodia, Cina, Czechia, Ethiopia, Madagaskar, Malaysia, Myanmar, Laos, Libya, Pakistan, Rwanda, Timor Leste, Uganda, United Republik of Tanzania, dan Vietnam.
“Suatu kehormatan dan kebahagian bagi ITB karena dapat berbagi ilmu dan pengetahuan kepada para mahasiswa internasional,” urainya.
Kepada para wisudawan, rektor berpesan, di manapun akan berkiprah dan berkarya, hendaklah siap menjadi inovator dan pelopor pengembangan. Menjadi tempat bertanya, dan siap untuk memajukan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan tanah air.
“Jangan harapkan hasil yang secara instan, rencanakan dan jalani semuanya dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Tentu akan ada rintangan, tantangan, tetapi teruslah berusaha dan jangan lupa berdoa,” katanya. (Siedoo)