MAGELANG – Pada saat transisi dari negara otoriter menuju negara demokrasi, memerlukan berbagai penataan ulang perundangan yang mengatur tentang “keamanan nasional”. Konsep dasar keamanan nasional dalam perspektif demokrasi tidak dapat dipahami dalam arti sempit.
“Hanya dari sudut pandang negara (state security) menempatkan militer dan juga kepolisian ditempatkan sebagai lembaga pemerintahan yang netral dan profesional untuk menyelenggarakan fungsi pertahanan dan keamanan,” kata Brigjen TNI Dr. Budi Pramono, S.I.P., M.M., M.A., dari Dewan Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Ia menyampaikan itu saat menjadi narasumber Seminar Nasional yang diselenggarakan Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah melalui Departemen sosial (Depsos) Akademi Militer dengan Focus Group Discussion (FGD). Acara ini mengambil tema “Determinasi Desain Pendidikan dalam Perspektif Pertahanan Negara di Era Revolusi Teknologi pada Aplikasi Penugasan Perwira Remaja“ di Gedung Lilly Rochli Akmil.
Brigjen TNI DR. Budi Pramono, S.IP., M.M. memberikan pandangan dengan Judul “Paradigma Baru Keamanan Nasional dan Tantangan Mewujudkan Sistem Pertahanan Negara”. Menurut dia, kebijakan keamanan nasional diarahkan untuk melahirkan desain sistem keamanan nasional baru yang mampu menghadapi berbagai tipologi permasalahan dan ancaman.
“Baik yang bersifat ancaman konvensional maupun ancaman nirmiliter (non-traditionalsecurity threats),” ungkapnya.
Hadir dalam acara tersebut Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D. dari CHIBA University Tokyo Jepang, sebagai narasumber pertama, sebagai narasumber kedua Brigjen TNI Dr. Budi Pramono, S.I.P., M.M., M.A., dan sebagai narasumber ketiga yaitu Prof. Dr. Slamet, P.H, M.A, M.Ed, MLHR, dari Universitas Negeri Yogyakarta. Sedangkan sebagai moderator Naiza Rosalia, S.Sos, M.Si (Nezza Ghozali).
Pada seminar tersebut dihadiri juga para pejabat Distribusi Akademi Militer 14 orang serta para peserta seminar. Khususnya para Taruna Akmil, AAL, AAU, Akpol : 278 orang, Tenaga Pendidik/Dosen 21 orang, Organik satuan Jajaran Kodam IV: 14 orang, para Pengasuh Taruna Akmil, AAL, AAU, Akpol dan perwakilan Mahasiswa UM Magelang, Untidar, UGM, UPNV, Unnes, Undip dan UKSW. Kesemuanya berjumlah 375 orang.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Inspektur Akmil Kolonel Inf Yoyo Subrolarang, Gubenur Akademi Militer Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengucapkan selamat datang kepada para narasumber, moderator dan peserta seminar sekalian. Semoga kehadiran dan keberadaan para narasumber dan peserta seminar dapat memberikan sumbangsih pemikiran, pandangan dan solusi tentang berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam mempersiapkan para Perwira Remaja TNI AD untuk mengantisipasi Era Revolusi Teknologi.
Gubernur Akademi Militer menyampaikan, bahwa sebagai Center of Excellence berdasarkan tugas pokok dan visinya, Akademi Militer memiliki tugas untuk membentuk dan menyiapkan para Taruna/Taruni agar menjadi Perwira TNI AD yang berkarakter, berwawasan kebangsaan, profesional dan dicintai rakyat. Atas dasar wacana tersebut, maka Akademi Militer melalui Departemen Sosial Akademi Militer, bekerja sama dengan beberapa Perguruan Tinggi.
Baik negeri maupun swasta di wilayah Jateng dan DIY yang sama-sama mempunyai kepentingan terhadap dunia pendidikan, memprakarsai acara Seminar Nasional tahun 2019 kali ini.
Prof Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D. memberikan sudut pandang dengan judul “Penguatan Pendidikan Dasar Sistem Pertahanan Di Era Revolusi Industri 4.0 Dan Society 5.0”. Konsep Revolusi Industri 4.0. Industri generasi ke-4 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. (Siedoo)