MAGELANG – Menyikapi era yang serba cepat dan instan saat ini, mahasiswa wajib melakukan berbagai hal. Pertama, jadilah bagian kualitas dan bukan kuantitas. Perguruan tinggi banyak, mahasiswa juga terus bermunculan, seperti buih di lautan. Tapi, berapa yang kemudian bisa adaptif dan melenggang dalam pertarungan kehidupan.
“Sedikit sekali, dan yang sedikit itu, adalah mereka yang berkualitas. Tentu, berkualitas keilmuannya, berkualitas profesionalismenya, berkualitas skill-nya, dan berkualitas kreativitasnya,” jelas Wakil Ketua DPRD Kabupaten Magelang Yogyo Susaptoyono Sabtu (23/9/2017).
Ia menyampaikan itu saat mengisi acara pelatihan kader dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Pondok Pesantren Raudlatut Thulab, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jateng. Pelatihan kader dasar ini berlangsung beberapa hari.
Menurut Yogyo, menyikapi era instan ini mahasiswa juga perlu memperhatikan networking. Mahasiswa yang pintar dan berkualitas tidak akan bisa bergerak cepat dan teradaptasikan jika tidak memiliki jaringan yang cukup. Mahasiswa harus meluaskan pergaulan, membuka benteng diri, menjajal banyak hal, dan terhubung dengan lingkungan yang luas. Tanpa sekat-sekat apapun.
“Kampus memang penting. Tapi yang menghidupi mahasiswa kelak bukanlah kampus, tapi jaringan dan pergaulan. Jaringan akan memasok informasi, dan pada akhirnya, meningkatkan komunikasi dan kemampuan negosiasi,” jelasnya.
Mantan jurnalis ini menjelaskan, dalam pergaulan lintas ilmu dan profesi, kemampuan berkomunikasi dan negosiasi pada akhirnya memegang peran vital. Selain itu, mahasiswa juga harus peka terhadap peluang. Ini memang butuh latihan dan keberanian. Namun, jika mahasiswa memiliki jaringan, maka peluang akan muncul dengan sendirinya.
Mahasiswa itu berani menerima tantangan. Juga, menciptakan peluang dan atau bersama-sama membentuk komunitas baru yang dapat diakselerasikan untuk penciptakan dunia dan atau lini ekonomi baru.
“Bahasa kerennya, mahasiswa harus punya visi, understanding di bidang ilmu, clarity (fokus), agility (ketangkasan dan keuletan) dalam melihat perkembangan dunia saat ini. Dan keberanian untuk bertindak dan merebut kesempatan,” kata Yogyo.
Pada PKD ini, tema acara yaitu “Membentuk Kader Mujahid untuk Memperkokoh Marwah Bangsa”. Secara garis besar PKD bertujuan membekali kader mengenai kemampuan-kemampuan praktis dengan pijakan teori dan pengetahuan. Selain itu juga bertujuan, tertanamnya keyakinan dan komitmen terhadap dunia gerakan. Membentuk pola pikir kader menuju penguatan nilai-nilai kebangsaan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan dan pelatihan ini adalah melalui ceramah. Penyampaian materi atau informasi yang bersifat searah. Pemateri menyampaikan dan peserta mendengarkan materi.
Ada juga metode brainstorming, metode curah pendapat. Artinya, pemateri menyampaikan persoalan kemudian peserta dipancing memberikan umpan balik dengan menyampaikan ide-ide berupa tanggapan atau penilaian yang berhubungan dengan materi permasalahan.