JAKARTA – Soal ujian nasional (UN) dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan tingkat kesulitan. Hal ini terjadi karena pemerintah meningkatkan bobot soal UN. Sehingga anak tidak hanya dituntut untuk sekadar menghafal, tetapi juga berpikir kreatif atau dikenal dengan higher order thinking skills (HOTS).
Hasilnya, banyak siswa yang mengeluh tidak dapat menyelesaikan soal tersebut. Hal itu menyebabkan hasil yang mereka capai kurang maksimal.
Menyikapi hal tersebut, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo mengatakan, perlu adanya pelatihan dari pemerintah kepada para guru akan pembelajaran dengan konten HOTS. Jika guru mampu menguasai pembelajaran berbasis HOTS, otomatis ia akan mengajarkan materi dengan benar kepada para siswanya.
“Jadi perlu adanya pelatihan kepada para guru, sehingga guru mampu menumbuhkan kecerdasan siswa saat menghadapi soal HOTS. Siswa tidak akan mengalami kesulitan jika bertemu soal-soal seperti itu,” kata Heru, dilansir beritasatu.com.
Heru menambahkan, skema pelatihan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang selama ini digaungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memang sudah berjalan dengan baik. Namun belum bisa diharapkan sepenuhnya bahwa MGMP akan membawa kemajuan bagi guru dalam pembelajaran, apalagi yang berbasis HOTS.
Umumnya MGMP baru sebatas bertujuan untuk melengkapi kewajiban guru bidang studi untuk berkumpul sebulan sekali terkait dengan administrasi pendidikan. Oleh karena itu, Heru mengharapkan, pemerintah meningkatkan lagi peran MGMP agar bisa menjadi kekuatan bagi guru dalam mengembangkan profesinya untuk memajukan pendidikan nasional.
Heru menilai perlu adanya pendampingan dari pemerintah dan profesional pendidikan. Sehingga lambat laun prosesnya akan terinternalisasi serta menghasilkan guru yang profesional dan bisa memajukan pendidikan Indonesia.
Tidak Berubah
Sementara itu, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemdikbud, Mochamad Abduh menuturkan, Kemdikbud soal UN tahun ini tidak mengalami perubahan komposisi dari tahun sebelumnya. Tingkat kesulitannya sama dengan UN tahun lalu.
“Sebagaimana pernah kami sampaikan menjelang pelaksanaan UN SMP 2019, tingkat kesulitan soal masih sama seperti tahun 2018,” kata Abduh.
Ia menjelaskan, jumlah soal yang disiapkan berdasarkan tingkat kesulitan. Untuk level L1 yang mencakup pengetahuan dan pemahaman, porsinya sebanyak 25%-30% dari keseluruhan soal.
Untuk level L2 yang mencakup aplikasi, porsinya sebanyak 50%-60% dari keseluruhan soal. Kemudian untuk level L3 yang mencakup penalaran, porsinya sebanyak 10%-15% dari keseluruhan soal.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, soal UN maupun ujian sekolah berstandar nasional (USBN) 2019 tidak hanya soal menghafal tetapi fokus pada penalaran. Itu masih diperkuat oleh sebanyak 25% soal dari pemerintah pusat untuk pelaksanaan UN maupun USBN.
Selanjutnya, Muhadjir menuturkan, kesiapan siswa untuk mengikuti UN dan USBN ini telah dipersiapkan oleh MGMP untuk SMP dan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk SD. (Siedoo)