DEPOK – Isu terbesar yang dialami pemuda Indonesia saat ini adalah diskriminasi, baik dalam dunia pekerjaan maupun berpolitik. Terlebih anak-anak muda yang masih memiliki kekurangan dalam kemampuan ekonomi.
Hal tersebut setidaknya dibahas dalam seminar tentang kesiapan pemuda Indonesia dalam menghadapi pesta politik 2019 yang digelar PUSKAPA (Pusat Kajian Perempuan dan Anak) di Auditorium Gedung Komunikasi FISIP Universitas Indonesia baru-baru ini.
Perwakilan dari Smeru Research Institute, Rendy Andriyan mengatakan, masih banyak pemuda dari kalangan ekonomi rendah mengganggur dan rentan pada isu ketenagakerjaan.
“Hal ini karena banyak lowongan kerja yang meminta yang berpengalaman,” tandasnya dilansir dari ui.ac.id
Dilihat dari data pemilih tahun 2019, terdapat sekitar 14 juta pemilih dari generasi muda. Sedangkan Indeks Pembangunan Pemuda memaparkan fakta bahwa nilai kualitas anak muda Indonesia hanya sebesar 0,694 dan menempati peringkat 116 di dunia. Posisi ini jauh tertinggal oleh negara-negara tetangga lainnya.
Dinyatakan, isu diskriminasi dalam ekonomi nantinya akan berpengaruh pada preferensi pilihan politik mereka nantinya, baik dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan eksekutif. Kondisi perekonomian yang kurang juga menyebabkan akses terhadap informasi sahih menjadi sulit didapatkan, dan mudah termakan isu/rumor.
“Edukasi dan sosialisasi politik terhadap para pemuda ini diperlukan agar mereka dapat memilih secara lebih bijak. Bukan karena janji-janji ekonomi atau bahkan memilih karena dibayar semata,” ujar Anggara. (Siedoo)