Siedoo.com -
Nasional

Tepis Hoax, Guru Madrasah Diajak Jadi Aktor Pencerah

BOGOR – Di era teknologi yang penyebaran informasi sangat cepat dan bisa menjangkau semua kalangan patut diwaspadai. Karena yang tersebar di dalamnya belum tentu benar alias hoax, dan terkadang bisa membuat bahan adu domba. Atas hal ini guru-guru madrasah diminta hadir untuk menjadi pencerah.

“Mari jadi aktor atau pelaku yang mencerahkan,” ajak Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat bertemu dengan guru-guru  madrasah Kabupaten Bogor dan sekitarnya yang terhimpun dalam Perkumpulan Guru Madrasah (PGM) di Bogor, Sabtu (23/02) petang sebagaimana ditulis kemenag.go.id.

Menteri pengganti Surya Dharma Ali ini mengajak guru madrasah untuk mengisi ruang media sosial dengan hal yang mencerahkan.

Sebelumnya, kepada para guru madrasah, Menag menyampaikan tentang fenomena disrupsi yang tidak hanya terjadi dalam tatanan teknologi informasi tapi juga dalam konteks agama.

“Saat ini, mengatasnamakan agama, orang bisa menebarkan hoax, caci maki. Padahal watak agama adalah mengayomi, merangkul, mendamaikan,” ujar Menag.

Kepada para guru madrasah, Menag minta para guru untuk bersyukur dengan kemuliaan yang diberikan Tuhan sebagai orang terpilih. Menjadi guru bukan karena semata ada kesempatan, tapi juga karena takdir Allah SWT.

“Dari 200 juta lebih penduduk negeri ini, hanya sebagian saja yang dipilih Tuhan untuk menjalankan misi mulia mendidik anak kita dengan nilai-nilai keislaman,” ungkapnya.

“Mari kita semua mensyukuri ini, bahwa sesungguhnya kita tidak hanya dipercaya mendapatkan amanah juga kemuliaan. Karenanya, bagaimana kita mensyukurinya? dengan merawat kemuliaan ini sebaik-baiknya,” ucapnya.

Berita Hoax Menjadi Momok

Melansir dari kominfo.go.id, akademisi Komarudin Hidayat mengatakan momok dari penyebaran berita bohong atau hoax tak ubahnya seperti peredaran narkotik dan pornografi. Bila dibiarkan, kata dia, berita hoax bisa membahayakan dan merugikan masyarakat.

Baca Juga :  Sejarah Singkat Hari Santri, Berikut Pesan Presiden hingga Panglima Santri

“Hoax itu pembunuhan karakter yang berbeda dengan kritik. Kalau kritik silakan, tapi kalau hoax saya anti, karena merupakan manipulasi, kecurangan, yang dapat menjatuhkan orang lain,” ujar Komarudin.

Mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu menambahkan, hoax merupakan tindakan kriminal di wilayah cyber. Hoax disebut hadir dari sikap mental yang mengesampingkan integritas, terutama hoax yang muncul mengatasnamakan agama.

“Saya khawatir hoax ini dimanfaatkan oleh orang yang ingin merusak orang lain, apalagi ada yang bawa-bawa agama. Di situlah jahatnya,” ujar Komarudin.

Duta Anti Hoax lainnya, Olga Lidya mengatakan kemunculan berita hoax saat ini tak ubahnya propaganda rezim Nazi di Jerman sebelum perang dunia II. Hoax menjadi berbahaya apabila disebarkan terus-menerus karena akan membuat orang yang awalnya sangsi menjadi percaya.

“Jadi kami tegas menyatakan perang terhadap hoax. Karena banyak orang yang tertipu karena hoax. Kita harus galakkan gerakan tahan jempol,” ujar Olga. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?