JAKARTA – Era disrupsi inovasi menuntut perguruan tinggi untuk membuka perkuliahan e-learning. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, sistem pembelajaran E-learning harus diimbangi dengan peningkatan kompetensi dosen.
Mahasiswa yang dihadapi dosen saat ini adalah mahasiswa generasi milenial dan generasi Z. Oleh karena itu dosen harus meningkatkan kompetensi keilmuan serta melakukan inovasi metode pembelajaran.
“Saya sampaikan amat penting untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi dosen. Kita harus bisa melakukan evaluasi diri, ada di mana posisi kita dibandingkan dengan negara lain. Sehingga hal ini bisa dimanifestasikan kepada para mahasiswa agar mereka dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia,” kata Nasir.
Nasir mengungkapkan, dosen yang berkompetensi dan selalu sadar akan perkembangan ilmu di negara lain akan membuat mahasiswa lebih kompetitif dalam mensejahterakan rakyat. Dalam meningkatkan kompetensinya, Nasir sampaikan mahasiswa perlu berinisiatif ilmu dari berbagai sumber. Salah satunya, melalui materi pembelajaran dalam jaringan (online learning).
“Sementara itu dari sisi mahasiswa, yang harus dibenahi adalah kesiapan belajar mandiri mahasiswa. Karena dalam pembelajaran daring lebih banyak mengadopsi istilah self-directed learning, maka self-directed learning mahasiswa menjadi penting,” terang Nasir.
Proses pembelajaran secara daring (E-learning) telah dilakukan di berbagai perguruan tinggi Indonesia. Kedepannya akan jauh lebih banyak perguruan tinggi yang mengadopsi sistem ini. Nasir mengatakan, dengan adanya E-learning maka Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia bisa lebih tinggi dari APK saat ini yakni 34,58.
Sementara itu, dilansir sindonews.com, Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darodjat mengatakan, UT diberikan amanah dari pemerintah sebagai mitra strategis. Dalam rangka meningkatkan APK pendidikan tinggi.
Dia menjelaskan, salah satu cara yang paling memungkinkan untuk menaikkan APK secara masif ialah dengan pendidikan jarak jauh (PJJ).
“Kita ingin agar pada 2020 nanti APK pendidikan tinggi bisa mencapai 40 %,” kata Ojat. (Siedoo)