YOGYAKARTA – Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, pendidikan dan pekerjaan harus disesuaikan ke dalam pengembangan sains dan teknologi. Namun, tetap harus memberikan perhatian pada aspek humanisme.
Demikian diungkapkan Sekjen Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Naim saat di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Ditandaskan, pasar membutuhkan sumber daya manusia dengan beragam keterampilan, yang sangat berbeda dengan sistem pendidikan tinggi yang lama. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, kurikulum membutuhkan orientasi baru, sesuai era Revolusi Industri 4.0.
“Jadi sudah tidak layak lagi menggunakan cara lama jika ingin menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat dilakukan di masyarakat,” tandasnya.
Karenanya, diperlukan literasi baru untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yaitu literasi terkait data, teknologi dan literasi kemanusiaan.
“Konten ini harus ditambahkan tanpa menambah jumlah SKS. Ini termasuk dalam bidang literasi kemanusiaan, dimana siswa harus memiliki leadership dan teamwork, kecerdasan budaya dan kewirausahaan,” ucapnya.
Dijelaskan, konten kurikulum tersebut diharapkan dapat dimasukkan dalam program studi. Ainun mengatakan peran dosen juga makin berbeda, bukan lagi sebagai narasumber juga harus difasliltasi dengan sumber yang hampir tanpa batas.
“Apalagi dengan dikembangkannya Indonesia Education and Research Network (iDREN) dengan harapan perguruan tinggi di Indonesia bisa kolaborasi dan saling berbagi resources yang dimiliki,” tegasnya.
Disamping itu, termasuk penyediaan online courses bagi mahasiswa di seluruh Indonesia juga bisa mengakses network internasional. Perguruan tinggi juga bisa membuat sistem pembelajaran hybrid yang merupakan gabungan dari konvensional dan online yang sudah diterapkan dalam PPG.
UNY Masuk 11 Besar Universitas Terbaik
Rektor UNY Sutrisna Wibawa menyatakan kampus yang dipimpinnya telah berhasil masuk Top 500 Asia versi QS, peringkat 3 dan 8 UniRank Indonesia dan peringkat 11 universitas terbaik di Indonesia versi Kemenristekdikti tahun 2018.
“Kita mulai bergerak menuju world class university. Perlu kerja keras untuk mewujudkannya,” kata Sutrisna Wibawa.
Guru Besar FE UNY Suyanto menyampaikan dosen profesional abad 21 membuat proses belajar mengajar dengan pola to describe, to explain, to illustrate, to demonstrate yang pada ujungnya akan menginspirasi.
“Inilah pendidikan era global yang kompetitif,” kata Suyanto.
Menurutnya dosen adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar yaitu learning to learn. Era revolusi industri memang harus bersikap inovatif karena hari esok harus lebih baik dari hari ini. Karena itu segala sesuatu harus diperbaiki terus menerus tanpa henti.
“Untuk itu perlu keterampilan berpikir dengan cara berpikir kritis dan kreatif, problem solving dan pembuatan keputusan,” ujarnya. (Siedoo)