JAKARTA – Jumlah Guru Besar Universitas Indonesia (UI) kini bertambah. Terbaru universitas ternama di Nusantara ini mengukuhkan dua guru besar atas nama Prof.Dr.dr.Budi Iman Santoso, Sp.OG (K), MPH dan Prof.Dr.dr.Ratna Sitompul, Sp.M(K). Mereka merupakan profesor yang berasal dari Fakultas Kedokteran KUI.
“Pada hari ini bertambah dua Guru Besar (UI). Total Guru Besar yang dimiliki UI ada 221,” kata Rektor UI, Prof. Dr. Ir Muhammad Anis, M.Met dilansir dari ui.ac.id.
Pengukuhan yang diadakan di Aula IMERI FKUI Kampus Salemba, Jakarta Pusat tersebut dipimpin langsung rektor.
Prof.Dr.dr.Ratna Sitompul, Sp.M(K) merupakan Guru Besar UI bidang Ilmu Kesehatan Mata. Ia menyampaikan Pidato Pengukuhan bertajuk “Academic-Based Health System: Transformasi Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan Kesehatan Sistem Kesehatan Nasional”.
Ratna mengutarakan gagasannya tentang peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit yang ada di Indonesia. Menurutnya, Rumah Sakit (RS) Pendidikan adalah kelompok rumah sakit terbaik diberbagai negara yang memberikan pelayanan bermutu tinggi, bersamaan dengan fungsinya memberikan pendidikan dan penelitian.
“Untuk bisa melakukan hal tersebut, Rumah Sakit dan Fakultas Kedokteran harus mempunyai visi yang sama yaitu memberikan yang terbaik bagi pasien dan peserta didik,” kata Ratna.
Prof.Dr.dr.Budi Iman Santoso, Sp.OG(K), MPH sendiri merupakan Guru Besar UI bidang Iimu Obstetri dan Ginekologi. Pada pengukuhannya, ia menyampaikan pidato bertajuk “Sebuah Model Prediksi Trauma Otot Dasar Panggul pada Ibu Pasca Persalinan Normal”.
Budi memperkenalkan model prediksi BISA (Budi Iman Santoso Assessment), sebuah sistem penilaian yang dapat memperkirakan kerusakan otot panggul akibat persalinan normal.
Bila sistem skoring menunjukkan risiko trauma dasar panggul rendah, maka pasien dapat diyakinkan untuk menjalani persalinan normal tanpa khawatir disfungsi dasar panggul. Disfungsi dasar panggul, menurut Budi, dapat mengganggu kualitas hidup para ibu.
“Disfungsi dasar panggul menimbulkan berbagai gejala seperti mengompol, tidak dapat mengendalikan buang air besar, peranakan turun dan gangguan fungsi seksual,” imbuhnya. (Siedoo)