SOLO – Indonesia untuk pertama kalinya memiliki Sekolah Khusus Olahraga Disabilitas Indonesia (SKODI). Sekolah untuk penyandang cacat ini hadir di Solo, Jawa Tengah, yang baru saja diresmikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi.
Sekolah tersebut menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya atlet-atlet disabilitas. Yang secara pendidikan diperhatikan dan perkembangan olahraganya.
“Akan disupport hingga kelak mereka menjadi atlet yang mewakili Indonesia. Agar anak-anak kita ini yang menurut sebagian terbatas tetap mendapat fasilitas, perhatian, dan hak yang sama,” kata Imam dilansir dari voaindonesia.com.
Dinyatakan, minat dan pembibitan atlet difabel harus dilakukan sejak usia dini. Pembentukan SKODI ini baru akan dikembangkan di berbagai daerah.
“Tantangan kami itu bagaimana memadukan antara pendidikan dan olahraga,” cetusnya.
Jumlah siswa SKODI tersebut 20, merupakan hasil penjaringan Pekan Paralimpic Pelajar tingkat daerah dan nasional tahun 2017. Sekolah ini menggunakan sistem asrama dengan berbagai fasilitas olahraga. Para siswa tidak dibebani biaya sama sekali selama menjalani pendidikan di sekolah khusus tersebut.
Ada empat cabang olahraga di SKODI yaitu Tenis Meja, Renang, Bulu Tangkis, dan Atletik. Juru bicara penyelenggara SKODI Bayu Rahadian mengatakan, para siswa akan mendapat materi teori dan praktek olahraga khusus difabel.
“Kurikulum mengenai pendidikan, tentunya sesuai kurikulum pendidikan. Bedanya, di teknis keolahragaan, ya sesuai dengan pengembangan yang kita sebut training, latihan praktek yang lebih banyak. Bagaimana mentraining anak-anak itu supaya memiliki mental bertanding yang bagus,” kata Bayu.
Salah satu siswa lainnya penyandang tuna netra asal Kalimantan Selatan, Amelia Tiara, memilih menekuni lari sejak usia 12 tahun atau lima tahun lalu. Amelia yang kini siswa kelas 1 SMA ini bangga bisa meraih medali perunggu di ajang kompetisi olahraga bagi difabel tingkat nasional.
“Saya kan tuna netra, saya fokus di olahraga atletik, lari. Mungkin peluang menang buat tuna netra lebih banyak di atletik lari. Itu juga hobi saya,” jelasnya.
Masih dilansir dari media tersebut, pengembangan olahraga difabel menjadi fokus pemerintah. Indonesia sebagai tuan rumah Asian Paragames 2018 ini mampu meraih prestasi diatas target yang ditentukan. Pemerintah menargetkan 18 medali emas di Asian Paragames 2018 namun justru berhasil menyabet 37 medali emas.
Tak hanya itu, pada ASEAN Paragames 2017 lalu di Malaysia, Indonesia mampu menjadi juara umum dengan perolehan 125 medali emas jauh di atas tuan rumah yang meraih 90 medali emas.
Tahun mendatang sejumlah kompetisi olahraga tingkat dunia akan digelar antara lain Paralimpic atau Olimpiade bagi penyandang disabilitas 2020 di Jepang dan kompetisi olahraga tingkat Asia Tenggara SEA Games 2019 di Filipina. (Siedoo)