YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta mengajak generasi muda mengenali alam dengan memanfaatkan teknologi gadget. Untuk program ini UGM melalui Fakultas Biologi memberikan pembinaan dan pembekalan bagi generasi muda di Yogyakarta dalam pemanfaatan teknologi gadget untuk mengenal alam, seperti perubahan iklim.
Dalam hal ini Fakultas Biologi bekerja sama dengan Yayasan Sagasitas Indonesia. Mereka melaksanakan program pengabdian yang dikemas dalam skema Education for Sustainable Development (pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan). Komunitas peneliti remaja dan guru pembimbing karya ilmiah remaja (KIR) di Yogyakarta digandeng dalam pelaksanaan program sejak April 2018 lalu.
Menurut Koordinator kegiatan, Matin Nuhamunada, M.Sc., fenomena generasi saat ini yang memiliki ketergantungan terhadap teknologi gadget itulah yang melatarbelakangi program tersebut. Kondisi yang demikian menimbulkan kekhawatiran para guru terhadap para anak didiknya menjadi kurang peka terhadap kondisi alam dan lingkungan sekitar.
“Padahal, kepekaan dan kepedulian generasi muda akan menjadi kunci dalam menghadapi permasalahan global di masa mendatang, terutama tantangan perubahan iklim,” jelas Matin, di laman ristekdikti.go.id.
Dosen Fakultas Biologi UGM itu menyampaikan, pelaksanaan program dimulai dengan sosialisasi dan diskusi dengan guru pembimbing KIR se-DIY. Sosialisasi terkait metode inovasi Design Thinking yang dapat membantu siswa mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi dalam proses penelitian remaja.
Sedangkan sosialisasi dilakukan saat pameran Sagasitas Research Exhibition, Juli 2018 lalu. Di pameran itu ditampilkan ratusan judul penelitian siswa.
Puncak kegiatan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat 26 Oktober 2018. Puncak kegiatan ini diikuti oleh 50 siswa dan 35 guru se-Kabupaten Gunungkidul. Tema pembinaan yang diambil adalah “Implementasi Lifelong Learning melalui Design Thinking dalam menghadapi Perubahan Iklim di Era Disrupsi Teknologi”.
Matin berharap generasi Z dapat menggunakan teknologi yang mereka miliki dengan bijak. Melalui pendekatan Design Thinking.
“Kami ingin mengajak siswa untuk mengasah kemampuan dalam mengidentifikasi masalah di sekitarnya, bertanya, dan mencari solusi cerdas yang dapat diimplementasikan secara langsung melalui program penelitian remaja,” ujar Matin.
Setelah dibekali metode untuk berinovasi, siswa juga diberi pengayaan mengenai dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sehari-hari. Materi ilmiah tersebut disampaikan oleh Thoriq Teja Samudra, M.Sc. yang merupakan Dosen Program Studi Bioteknologi, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA), Yogyakarta.
Program diakhiri dengan praktek mengukur kelembaban tanah menggunakan teknologi Arduino bersama Jaler Sekar Maji, S.Si., lulusan Program Studi Elektronika dan Instrumentasi (ELINS) UGM, dan juga alumni Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia. Konsep ini nantinya diharapkan dapat digunakan siswa Gunungkidul untuk mengembangkan sistem pertanian pintar yang lebih hemat air.
Melalui program project-based learning ini, siswa dikenalkan dengan Arduino dan bagaimana mereka dapat menggunakan berbagai sensor untuk berinteraksi dengan alam di sekitar mereka dengan menggunakan teknologi gadget. (Siedoo/NSK)