PALU – Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat mengirimkan bantuan makanan, handuk, perlengkapan bayi, dan obat-obatan kepada korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, awal Oktober 2018. Bantuan tersebut dikirimkan melalui Posko Bantuan TNI AU untuk Palu Di Bandara Halim Perdanakusuma.
Setelah mengirimkan bantuan, ITB juga akan membantu memulihkan kondisi lokasi pasca-bencana. Bersama Pusat Studi Gempabumi Nasional (PuSGeN), Kementerian PUPR, LIPI dan lembaga lainnya, tim awal dari ITB sudah berangkat menuju Palu. Selain meneliti, mereka juga melakukan survei lokasi untuk kepentingan tim selanjutnya dari ITB.
Selama melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Palu, ITB juga akan bekerjasama dengan Universitas Tadulako (Untad) sebagai partner dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa. Terutama untuk penyediaan hunian sementara. Pertemuan awal telah dilakukan bersama ketua LPPM Universitas Tadulako.
“Tim pembuatan hunian sementara tersebut akan bekerjasama dengan Universtias Tadulako, juga dalam hal persoalan sanitasi. Karena itu menjadi persoalan yang klasik di daerah pengungsian bencana. Jadi tim hunian sementara itu akan bekerjasama dengan tim sanitasi,” kata Sekretaris Bidang Pengabdian – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, Dr. Irwan Meilano.
Dijelaskan Dr. Irwan, Tim ITB kali ini akan mensuport kementerian dan lembaga, yang berwenang. Tim satgas bentukan ITB bertugas melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pascabencana gempa dan tsunami. Tim ini akan bertugas membantu proses tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
Tim awal gabungan ITB dan PuSGeN ini di antaranya terdiri atas para ahli di bidang masing-masing. Yakni, Geoteknik, Dr. Hamzah Latief dari KK Oceanografi, Dr. Irwan Meilano dari Geodesi, Dr. Astyka Pamumpuni dari Geologi, Dr. Indra Gunawan dari Geofisika, Prof. Masyhur Irsyam dan Adhika Sahadewa, Ph.D., dari KK Rekayasa GeoTeknik FTSL.
Para ahli tersebut akan berfokus pada survei dampak dari tsunami, meneliti sesar Palu-Koro penyebab gempa, survei longsoran dan likuifaksi.
Keberangkatan tim awal ini bergabung bersama tim PuSGeN bertujuan untuk membantu pemerintah, dalam hal ini Kementerian PUPR.
“Mudah-mudahan data yang kita peroleh bisa digunakan oleh kementerian lainnya juga,” jelas Dr. Irwan.
Dalam survei-survei tersebut, dijelaskan Dr. Irwan, ITB bekerjasama dengan pemerintah, instansi dan lembaga penelitian guna menyediakan data dasar untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa. Sesudah tim awal ini selesai, tim lanjutan akan datang untuk lebih fokus terkait dengan membantu dalam pembuatan hunian sementara serta sanitasi pascabencana.
Persoalan besar di lokasi bencana adalah rumah relokasi. Yaitu, mencari hunian sementara yang aman. Terutama dari bahaya longsoran / likuifaksi dan juga gempa-gempa susulan.
“Semoga data yang dikumpulkan dapat membantu pemerintah untuk keperluan ini. Kemudian akan berangkat juga dalam waktu dekat tim yang akan membantu pembuatan hunian sementara” katanya.
Selain itu, tim berencana untuk melakukan pemetaan wilayah kerusakan melalui foto udara dengan memakai pesawat drone juga akan dilibatkan. Tim tersebut dapat melakukan pemetaan cepat dalam rangka menyediakan peta bagi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa.
“Sementara terkait masalah air, Tim ITB lebih memilih berfokus pada penyediaan alat penjernih air,” jelasnya. (Siedoo)