JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyorot para pejabat eselon I dan eselon II di Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti). Jokowi, panggilan bekennya, meminta kepada mereka untuk mulai berubah dalam rangka memajukan perguruan tinggi di Indonesia.
Diantara langkahnya, pejabat tersebut jangan mempersulit perguruan tinggi yang mengurus untuk fakultas atau program studi baru. Jika dipersulit, diingatkannya tidak akan bisa berubah.
“Pangkas semuanya. Pangkas regulasi yang mempersulit, pangkas sudah,” kata Jokowi saat memberikan pengarahan pada pertemuan dengan seluruh pejabat eselon I, eselon II, pimpinan PTN dan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi di Kemenristekdikti, di Istana Negara, belakangan ini, sebagaimana ditulis menpan.go.id.
“Tadi kalau yang lamban pasti ditinggal sudah, yang cepat pasti memenangkan, itu sudah rumus itu,” tambahnya.
Presiden mengaku ingin menyadarkan semuanya, ada ekosistem yang harus dibongkar. Agar inovasi itu muncul, agar ekosistem baru itu muncul, agar respon terhadap perubahan itu muncul. Karena paling cepat memang harus dari perguruan tinggi perubahan ini direspon tidak dari yang lain-lain.
“Saya meyakini itu, artinya saya percaya kepada bapak ibu saudara-saudara sekalian, saya percaya,” tegas Jokowi.
Presiden minta ke para pejabat Kemristekdikti dan para pejabat eselon I dan II Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk merespon fakta, hanya ada 3 perguruan tinggi di Indonesia yang masuk 500 besar dunia.
“Apakah proses manajemen di dalamnya? Atau proses yang lain? Bapak ibu yang lebih tahu dari saya,” kata Presiden Jokowi.
Sekarang ini, menurut Presiden, yang besar belum tentu mengalahkan yang kecil, negara besar belum tentu mengalahkan negara yang kecil. Yang kaya belum tentu mengalahkan yang miskin, belum tentu.
Tetapi yang jelas, dalam waktu ke depan ini yang cepat akan mengalahkan yang lambat.
“Itu pasti, saya pastikan. Dan negara-negara sekarang sudah sadar mengenai itu,” ujar Presiden.
Kalau masih nyaman-nyaman seperti ini terus tidak merespon dinamika yang ada, Presiden mengingatkan bahwa negara akan ditinggal.
“Jika tidak sigap menghadapi perubahan, jika tidak segera membenahi diri untuk melakukan efisiensi, bisa dipastikan kalah menghadapi kompetisi,” tutur Presiden.
Untuk itu, Presiden Jokowi meminta agar agenda penelitian fakultas dan program studi juga perlu tanggap terhadap tantangan dan peluang-peluang ini. Ia mengaku heran jika jaman sudah berubah tapi fakultas dan program studi tidak banyak berubah.
“Gimana? Ini sudah saya ulang-ulang lho ini sudah 3 tahun lho ini. Saya tunggu lho, sebelum saya mengeluarkan kebijakan yang drastis,” ucap Presiden mengingatkan.
Beberapa universitas besar dunia, ungkap Presiden, sudah sangat tanggap terhadap tantangan dan peluang yang baru ini untuk memberikan nilai lebih bagi masyarakat.
Ia menunjuk contoh misalnya di MIT ada Departement of Brain and Cognitif Science. Di Kent State University ada Hospitality and Tourism Management, dan di University of Southern California ada juga college of games studies.
“Lha kita fakultas, jurusan tidak pernah berubah-rubah 30-40 tahun yang lalu,” ucap Presiden Jokowi. (Siedoo)